Mohon tunggu...
Casmudi
Casmudi Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Seorang bapak dengan satu anak remaja.

Travel and Lifestyle Blogger I Kompasianer Bali I Danone Blogger Academy 3 I Finalis Bisnis Indonesia Writing Contest 2015 dan 2019 I Netizen MPR 2018

Selanjutnya

Tutup

Kurma

Semarakkan Bulan Ramadan di Tengah Meningkatnya Suhu Politik

30 Mei 2019   02:26 Diperbarui: 30 Mei 2019   02:42 10
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Semarak ramadan saat suhu politik meningkat (Sumber: dreamstime.com/diolah)

Apa yang menarik dari bulan suci Ramadan di Indonesia tahun ini? Tidak lain adalah pengumuman Pilpres 2019 yang masih menuai banyak polemik. Dengan kata lain, perbedaan pilihan masih berjalan.
Karena, salah satu kubu yaitu Capres Nomor urut 02 telah mengajukan gugatan ke Mahkamah Konstitusi (MK). Tentang hasil pengumuman pemenang Pilpres 2019 yang di-launching oleh lembaga  Komisi Pemilihan Umum (KPU) RI.

Konflik Horisontal
Perbedaan pilihan atau pandangan tentang calon pemimpin negeri ini adalah sebuah keberagaman, Bukan hanya perbedaan 2 kubu Capres. Tetapi, di dalamnya terdapat berbagai macam suku, agama, Ras  dan Antar Golongan (SARA). Uniknya, keberagaman tersebut tetap berupaya untuk menyemarakan bulan suci Ramadan tahun ini.  

Bahkan, demo di depan kantor Bawaslu RI tanggal 21-22 Mei 2019 lalu, para pendemo dihadang para pratjurit TNI. Ketika, menjelang waktu imsak, para prajurit TNI justru menghormati para pendemo dengan membagikan nasi Padang. Ini adalah sebuah penghargaan atau penghormatan bahwa kesucian bukan Ramadan tetap dijaga.

Tentu, TNI dan pendemo berbeda pandangan. Namun, menyemarakan suasana bulan suci Ramadan tetap nomor satu. TNI menyadari bahwa kelangsungan puasa tetap dijaga. Dan, memberikan menu makanan untuk santap sahur adalah perbuatan yang beroleh pahala. Yang memberi dan yang berpuasa sama-sama mendapatkan pahala dari Allah SWT.

Bangsa Indonesia merasakan bahwa ajang Pemilu telah merenggangkan hubungan  masyarakat di tingkat bawah, Mereka berbeda pilihan politik baik Caleg maupun Calon Presiden. Tidak dipungkiri, gesekan secara horizontal kerapkali terjadi. Mereka meyakini bahwa pilihan mereka adalah yang terbaik.

Namun, ketika memasuki bulan Ramadan, semua pihak memahami bahwa menghormati bulan Ramadan yang suci dan penuh berkah adalah sebuah keharusan. Baik yang berbeda pandangan politik maupun yang berbeda agama, Mereka berkomitmen untuk saling menjaga berkahnya Ramadan. Serta, menjaga persatuan dan kesatuan Republik Indonesia.  

Ramadan mampu mencegah konflik horizontal karena perbedaan politik (Sumber: serujimetropolitan.com)
Ramadan mampu mencegah konflik horizontal karena perbedaan politik (Sumber: serujimetropolitan.com)


Mencairnya Politisi
Statement (pernyataan) para politisi yang kerapkali tampil di televisi pun berkurang garangnya. Mereka merasa bahwa kesucian dan semarak bulan Ramadan perlu dijaga. Politisi mulai membuka diri bahwa terjaganya persatuan dan kesatuan bangsa harus diutamakan. Dan, menghormati bulan Ramadan harus dikedepankan.

Ketegangan para politisi mulai mencair. Perbedaaan pandangan yang dialami saat Pemilu 2019 mulai dihilangkan. Ajang buka bersama (bukber) mulai dilakukan. Mereka mulai merekatkan hubungan yang semula renggang karena perbedaaan politik. Komunikasi mulai dilakukan tanpa memandang kubu Capres  01 dan 02.

Para politisi mulai terbuka untuk saling berkonsolidasi. Mereka melakukan "penjajakan" demi persatuan dan kesatuan bangsa. Rangkulan demi rangkulan meredakan ketegangan yang pernah terjadi. Salaman demi salaman mengurangi perbedaan pandangan politik.

Seperti apa yang dilakukan oleh Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Dardak. Batutimes.com 22/05/2019 melansir informasi  bahwa dalam postingan instagram  @emildardak mengunggah postingan berupa video yang menggambarkan Wagub jawa Timur sedang bermain piano. Beliau menyanyikan lagu Indonesia Pusaka karya Ismail Marzuki bersama beberapa kepala daerah.

Kepala daerah tersebut yang notabene berbeda pandangan. Seperti, Gubernur Jabar Ridwan Kamil, Gubernur Jateng Ganjar Pranowo, Gubernur NTB Zulkieflimansyah, Gubernur Sulawesi Selatan Nurdin Abdullah, Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas, dan Walikota Tangerang Airin Rachmi Diany. Juga hadir Direktur Wahid Foundation Yenny Wahid dan  Direktur Eksekutif The Yudhoyono Institue Agus Harimurti Yudhoyono (AHY).  

Gubernur Jawa Timur Emil Dardak beramin piano bersama beberapa kepala daerah (Sumber: batutimes.com)
Gubernur Jawa Timur Emil Dardak beramin piano bersama beberapa kepala daerah (Sumber: batutimes.com)

Mereka menyadari bahwa beradu tegang tentang pandangan mereka tidak bisa menyelesaikan sebuah masalah. Apalagi, memasuki bulan Ramadan, ketegangan antar politisi mulai melemah. Dan, sudah saatnya menjalin persatuan dan kesatuan bangsa.  

Warganet dan Tayangan Televisi
Yang menarik adalah partisipasi warganet. Saat ajang Pilpres 2019 lalu begitu panas dan membuat merah telinga. Mereka  beradu argumen bahwa pilihan mereka adalah terbaik. Kini, memasuki bulan Ramadan, komentar para warganet mulai mencair dan dingin.

Predikat "Cebong" untuk pendukung kubu 01 dan "Kampret" untuk pendukung nomor 02 yang selalu menjadi trending di linimasa berangsur hilang. Tidak segarang saat Pilpres 2019 lalu.
Negeri ini seperti terkotak-kotak. Keberagaman sepertinya sebuah masalah. Perbedaan pandangan politik bagai musuh dalam selimut. Kapan saja bisa menjadi efek bola salju. Masyarakat tingkat bawah menjadi tumbal dari ajang Pemilu 2019. Mereka berseteru karena berbeda pilihan Capres, Caleg atau partai.

Kita bersyukur bahwa Ramadan memberikan angin sepoi bagi kondisi bangsa ini. Keberagaman yang ada di Indonesia baik perbedaan pandangan politik maupun agama menjadi sebuah anugerah yang harus dijaga. Setiap orang berusaha untuk menjaga kondusivitas saat bulan Ramadan.

Mereka beraggapan bahwa untuk meraih kemenangan di bulan Ramadan perlu meniadakan berbagai perbedaan. Kemudian, mengisi berbagai kegiatan positif untuk menyemarakan bulan Ramadan.
Lihatlah bagaimana stasiun televisi swasta di Indonesia. Potret tensi politik yang meningkat di ajang 

Pemilu 2019 selalu menghiasi layar kaca. Penonton ikut terbawa situasi apa yang ditampilkan di TV. Sekarang, staisun televisi berlomba-lomba menampilkan acara relegius demi berkahnya bulan Ramadan.

Dari acara ajang pencarian bakat seperti dai hingga acara pengajian dan bukber bisa anda lihat setiap hari. Program televisi yang bisa menyemarakan suasana Ramadan mampu menghilangkan tensi politik yang telah terjadi. Masyarakat Indonesia, khususnya yang beragama Islam disibukan dengan aksi berlomba-lomab berharap kebaikan, berkah dan ampunan.

AKSI, program pencarian bakat Dai di stasiun televisi swasta yang mampu menyemarakan suasana bulan Ramadan (Sumber: Indosiar/Instagram)
AKSI, program pencarian bakat Dai di stasiun televisi swasta yang mampu menyemarakan suasana bulan Ramadan (Sumber: Indosiar/Instagram)


Linimasa pun mulai dibanjiri dengan quote-quote relegius yang menyejukan hati. Video-video yang berisi tentang motivasi kebaikan juga beredar.  Tawaran berbagai menu makanan dan kue lebaran juga mulai ramai. Sekarang, mulai jarang menjumpai postingan yang menghasut orang lain. Kecuali, bagi pihak yang berharap "api neraka" di bulan suci Ramadan.

Ya, saya memahami bahwa Ramadan adalah saat terbaik membingkai keberagaman bangsa. Ramadan adalah saat yang indah, di mana setiap orang menjaga hatinya untuk mendapatkan berkah. Itulah sebabnya, setiap orang berlomba-lomba menyemarakan bulan Ramadan dengan segudang kebaikan.
Lupakan perbedaaan, singkirkan keberagaman dan satukan persepsi untuk menggapai maghfiroh di bulan Ramadan. Tahukan anda bahwa satu sorot cahaya matahari akan memberikan warna pelangi saat melewati sebuah prisma Newton.

img-20190530-031602-jpg-5ceedc36297d681d956a3a51.jpg
img-20190530-031602-jpg-5ceedc36297d681d956a3a51.jpg

Perbedaan pilihan Capres 2019 membuat masyarakat saling tegang. Tetapi, bulan Ramadan menjadi ajang silaturahmi meskipun perbedaan pilihan (Sumber: inspirator media.com)

Sama halnya bangsa ini, kondisi semarak Ramadan yang indah.  Ini  tercipta dari sebuah keberagaman. Dimana, di dalamnya terdapat orang-orang yang bersatu untuk satu tujuan. Menciptakan kedamaian dan keutuhan bangsa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun