Om Hadi, nama yang familiar di telingaku. Ya, seperti nama ayahku yang hilang jejak 3 tahun silam. Bedanya, ayah dulu hilang tidak membawa apapun. Aku pikir, mungkin ayah sudah meninggal dunia. Lamunanku mengarah pesan ayah saat meninggalkanku terakhir kali.
"Zinta, belajar yang rajin ya nduk, Jadilah manusia yang berguna, sayang ibu dan sayang ayah. Ayah pergi dulu ya. Ayah pasti kembali" kata ayah waktu itu.
Pukul  9 malam, waktu yang dijanjikan Om Hadi untuk bertemu aku. Dari pukul 8 aku sudah menunggu Om Hadi di sebuah kamar hotel bintang lima di Surabaya. Aku menunggu kedatangan Om Hadi yang kata Winda dan Yesi, orangnya ganteng dan baik hati.
Menunggu satu jam di kamar hotel sepertinya lama sekali. Ya, saya membayangkan dibawa Om Hadi dibelikan barang mewah dan dimanja seperti ayah dulu memanjakanku. Saya sering bolak balik dari ranjang ke pintu untuk menemui pelangganku, Om Hadi. Aku bagai wanita penjaga pintu malam itu.
2 menit menjelang pukul 9 malam, pintu hotel diketuk. Aku merapikan dandananku. Wajahku yang sudah tampak cantik pasti akan membuat terpesona Om Hadi. Ya, pasti om Hadi akan memberikanku uang lebih. Entah kenapa, malam ini sepertinya lain dengan malam-malam sebelumnya. Â
Aku benar-benar ingin cepat bertemu dengan Om Hadi. Tepat, di malam ganjil di bulan Ramadhan adalah saat yang baik turunnya Lailatul Qadar. Tetapi, aku justru bersiap-siap membuat dosa. Dosa, yang membuatku ketagihan dengan limpahan harta duniawi.
Tepat pukul 9 malam, pintu hotel berbunyi. Aku sigap menuju pintu dan membuka pintu hotel dengan manja. Â Saat kami bertemu muka, justru muka kaget dan pucat menghinggapi kami berdua. Om Hadi, yang kuharapkan malam ini memberikan kebahagian lebih justru membuat jantungku berdegup kencang.
"Ayahhh" kataku berucap tanpa sadar.
Aku malu tidak kepalang. Bukannya aku merangkul dengan manja, tetapi justru menangis berlari ke tempat tidur. Om Hadi pun terpaku diam di pintu tak berkata sepatah katapun.
Kini, orang yang berada di pintu diam membisu. Aku menangis sejadi-jadinya menutupi wajahku dengan bantal. Tanpa kusadari, Om Hadi adalah ayahku yang telah hilang selama lebih dari 3 tahun lamanya. Dan, kini bertemu dalam kondisi hendak membuat dosa. Ya, Allah ... aku malu sekali. Malu pada-MU, malu sama ayah, malu pada masa depanku.
Om Hadi pun kaget bukan kepalang. Tiada disangka, cewek bookingan yang akan memberikan kebahagiaan justru anak kandung sendiri yang 3 tahun tidak pernah bertemu muka. Dan, kini ia mau berbuat dosa. Ya, Allah. Dosa apa lagi yang hendak diperbuat.