Mohon tunggu...
Casmudi
Casmudi Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Seorang bapak dengan satu anak remaja.

Travel and Lifestyle Blogger I Kompasianer Bali I Danone Blogger Academy 3 I Finalis Bisnis Indonesia Writing Contest 2015 dan 2019 I Netizen MPR 2018

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Tugas Berat Kepala Koki di Dapur Migas

12 September 2016   17:18 Diperbarui: 13 September 2016   19:04 274
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tren kegiatan hulu migas (Sumber: SKK Migas)

Bahkan, jika produksi gas yang tidak seimbang dengan permintaan gas yang ada maka Indonesia juga akan menjadi net importer gas pada tahun 2024. Dampaknya, Indonesia akan menjadi  net importer energi pada tahun 2026 nanti. Sebuah sinyal merah yang harus disikapi oleh pemerintah sejak dini.  

Produksi gas yang ada tidak mampu memenuhi permintaa gas menjadikan Indonesia sebagai net importir tahun 2024 nanti (Sumber: DEN)
Produksi gas yang ada tidak mampu memenuhi permintaa gas menjadikan Indonesia sebagai net importir tahun 2024 nanti (Sumber: DEN)
Meskipun produksi migas mengalami penurunan, tetapi menurut Kepala SKK Migas Amien Sunaryadi menyebutkan bahwa angka produksi minyak Indonesia menunjukkan kenaikan. Di mana, produksi minyak rata-rata harian naik dari 786.000 Barrel Oil Per Day (BOPD) pada 2015 menjadi 834.000 BOPD per Juli 2016 alias  naik 6,2 persen.

Kondisi tersebut yang masih menjadi daya tarik investor migas untuk menanamkan modalnya seperti yang terjadi pada pengembangan Train 3 di Kilang LNG Tangguh, Papua Barat yang mempunyai nilai investasi mencapai 8 miliar dollar AS. Sejak awal tahun hingga bulan Juli 2016 terdapat 21 Plan of Development (POD) dan Plan of Further Development(PoFD) yang telah disetujui.

Bahkan, jika seluruh POD atau POFD dapat direalisasikan sesuai rencana maka akan berdampak pada cadangan migas Indonesia yang bisa bertambah 171 juta Barrel Oil Equivalent (BOE). Di sisi lain, menurut laporan tahun 2015 SKK Migas menunjukkan bahwa laju penurunan produksi minyak dapat ditekan di level 0,4 persen, dibandingkan tahun-tahun sebelumnya yang berkisar antara 0,4 persen hingga 4,7 persen.

Salah satu faktor menurunnya pasokan gas dipengaruhi oleh kondisi lapangan hulu migas sejak tahun 1995 yang mengalami penurunan kandungan minyak. Banyak sumur migas yang telah mengalami pengolahan kembali (recovery) hingga tiga kali. Biaya recovery yang sekarang pun lebih mahal dibandingkan dengan yang dulu. Kandungan minyak lebih kecil dari pada kandungan air yang ada di perut bumi. Alhasil, produksi migas pun telah mengalami penurunan. Untuk lebih jelasnya, bisa kita lihat gambar berikut: 

hulu-migas-4-57d68015f19673943e619590.jpg
hulu-migas-4-57d68015f19673943e619590.jpg
Perbedaan kondisi lapangan migas dulu dan sekarang

  (Sumber: SKK Migas)

Perbedaan kandungan lapangan migas dulu dan sekarang (Sumber: SKK Migas)
Perbedaan kandungan lapangan migas dulu dan sekarang (Sumber: SKK Migas)
Hasilnya, produksi minyak Indonesia per Mei 2016 hanya  832.000 barrel per hari (BOPD) atau  setara sekitar 1 persen produksi minyak dunia. Sedangkan, produksi harian gas mencapai 8.215 Million Million Standard Cubic Feet Per Day (MMSCFD). Per Desember 2015, Indonesia masih mempunyai cadangan minyak sebanyak 3,6 miliar barrel atau setara 0,2 persen cadangan minyak dunia.

Cadangan minyak tersebut menurut analisis yang dirujuk SKK Migas hanya akan bertahan hingga 10 tahun ke depan untuk tingkat pemakaian yang tak berubah dari sekarang. Sebagai patokan bahwa konsumsi migas Indonesia rata-rata meningkat sekitar 8 persen setiap tahunnya dengan angka saat ini sekitar 1,6 juta barrel per hari.

Di luar minyak, cadangan gas Indonesia pun tak lebih banyak daripada minyak. Berdasarkan data BP Statistical Review of World Energy pada tahun 2015, saat ini Indonesia memiliki cadangan gas di kisaran 100 Trillion Square Cubic Feet (TSCF) atau setara 1,5 persen cadangan gas dunia. Cadangan gas yang lebih banyak di peroleh daripada cadangan minyak menjadi tren yang terjadi pada kegiatan di hulu migas. Jangan kaget jika usaha di hulu migas membutuhkan lebih padat modal, padat teknologi dan padat resiko. 

Tren kegiatan hulu migas (Sumber: SKK Migas)
Tren kegiatan hulu migas (Sumber: SKK Migas)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun