Mohon tunggu...
Casmudi
Casmudi Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Seorang bapak dengan satu anak remaja.

Travel and Lifestyle Blogger I Kompasianer Bali I Danone Blogger Academy 3 I Finalis Bisnis Indonesia Writing Contest 2015 dan 2019 I Netizen MPR 2018

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Jangan Biarkan Museum Rumah Atsiri Indonesia Berteman Sepi, Revitalisasilah!

23 Juli 2016   17:22 Diperbarui: 23 Juli 2016   18:39 213
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jika kita menilik laman tamanatsiri.com, kita bisa melihat sejarah berdirinya Museum Atsiri Indonesia berawal dari gedung Citronella, yaitu:

  • Agustus 1963 – April 1965, Penyelenggaraan pembangunan dilakukan oleh PNPR Kimia Yasa.
  • April 1965 – Mei 1966, Pelaksanaan pembangunan diserahkan kepada PNPR Leppin Karya Yasa.
  • Juni 1966, Pelaksanaan pembangunan diteruskan oleh Komando Proyek Citronella
  • 1990, dilakukan penjualan seluruh saham PT. LEPPIN, dan selanjutnya dijual keada PT. Intan Purnama Sejati,
  • 2015, Bangunan dijual ke PT. Rumah Atsiri Indonesia.

rumah-atsiri-3-579343b0dc22bdf714dc09db.jpg
rumah-atsiri-3-579343b0dc22bdf714dc09db.jpg
Lembaran berharga dari Museum Rumah Atsiri tentang kerja sama pembangunan gedung antara PNPR Kimia Yasa dan Bulgaria

(Sumber: rumahatsiri)

Dari sejarah pembangunan, ternyata Museum Atsiri pun sebelumnya berganti-ganti penggunaannya dan sempat mangkrak lama dan tidak berpenghuni. Bahkan, gedung Museum Atsiri tersebut pernah dibeli secara perseorangan untuk digunakan lahan bisnis memelihara sarang burung Walet. Tetapi, karena burung Sriti yang diharapkan tidak kunjung datang di gedung tersebut akhirnya maqngkrak kembali. Untungnya, gedung Museum Atsiri dibeli oleh PT. Rumah Atsiri Indonesia untuk dijadikan tempat yang mampu memberikan pendidikan bagi generasi bangsa. Bersyukurlah Museum Rumah Atsiri tersebut bisa kita selamatkan jejaknya mengenai betapa hebatnya Indonesia pernah mempunyai kawah candradimuka tentang pembuatan minyak Atsiri yang terkenal di Asia Tenggara. Dan, jejak itu bisa kita nikmati hingga sekarang.

Mungkin, masyarakat awam masih belum memahami apa sih sebenarnya minyak Atsiri itu? Minyak atsiri merupakan senyawa organik yang berasal dari tumbuhan dan bersifat mudah menguap, mempunyai rasa getir, dan bau mirip tanaman asalnya. Minyak atsiri dikenal dengan nama minyak eteris atau minyak terbang, atau sering pula disebut minyak essential. Bahan baku minyak ini diperoleh dari berbagai bagian tanaman seperti daun, bunga, buah, biji, kulit batang, akar, dan rimpang. Bahan-bahan yang pernah disuling di Museum Atsiri tersebut seperti: sereh, akar wangi, cengkeh, dan kayu putih sebagai bahan baku industri parfum, bahan pewangi, aroma, farmasi, kosmetika dan juga aromaterapi.

Jangan heran, Museum Atsiri Indonesia terletak di daerah yang jauh dari penduduk, bahkan dikelilingi sawah. Hal ini dikarenakan dengan pembangunan pabrik pada tempo dulu yang berlokasi di pegunungan diharapkan bisa dengan mudah mendapatkan bahan baku, dimana syarat tumbuh dan budidaya sereh umumnya tumbuh di daerah dengan ketinggian 4.000 mdpl dengan curah hujan 1.800-2.500 mm/tahun. Itulah alasan kuat yang mendasari mengapa Museum Atsiri terletak di lereng Gunung Lawu.

Sekarang, apa yang harus dilakukan agar Museum Atsiri Indonesia bernasib seperti museum-museum di luar negeri, tidak berteman sepi, angker bahkan mampu memberikan ilmu bagi generasi kita. Kuncinya, tebarkan informasi tentang Museum Atsiri sesering mungkin. Apalagi, melalui dunia digital tanpa batas hendaknya pihak yang bersangkutan harus bahu-membahu melakukan kerja sama yang bisa mendongkrak kedatangan pengunjung. Oleh karena itu, Revitalisasikan Museum Atsiri secepatnya!

Saya mengharapkan Museum Atsiri Indonesia seperti Museum Benteng Vredeburgatau Taman Pintar di Yogyakarta yang ramai setiap hari. Lakukan kolaborasi dengan berbagai pihak adalah cara terbaik untuk membuat susasana ramai dan menyenangkan bagi pengunjung. Ingat, yang berkunjung ke Museum Atsiri Indonesia diharapkan dari semua kalangan dan umur. Oleh sebab itu, Museum Atsiri Indoensia harus berbenah, fasilitas apa saja yang perlu dilengkapi dan fokus apa yang akan ditekankan untuk meningkatkan nilai lebih. Lalu, sebarkan informasi seluas-luasnya!

Saya pribadi bersyukur, kawasan di sekitar Museum Atsiri Indonesia telah ditanami dengan berbagai sayuran atau bahan baku yang nantinya bisa disuling. Bahan baku seperti: sereh wangi atau citronella, sereh dapur atau lemon grass merupakan jenis atsiri dari daun-daunan. Ada juga akar wangi jenis atsiri dari akar-akaran. Jahe jenis atsiri dari empon-empon, bunga Mawar Melati Kenanga Lavender jenis bunga-bungaan, Kayu Putih, Masoi, Gaharu dan lain-lain.

rumah-atsiri-4-579343dca123bde618855511.jpg
rumah-atsiri-4-579343dca123bde618855511.jpg
Ladang sayuran di Rumah Atsiri (Sumber: rumahatsiri)

Membuat kawasan Museum Atsiri Indonesia menjadi kawasan sains merupakan langkah cerdas yang harus ditingkatkan. Di sinilah letak sejatinya bahwa Museum Atsiri Indonesia bisa dijadikan tempat edukasi atau penelitian yang fokus pada minyak Atsiri. Bila perlu mengajak kerja sama dengan Pemerintah Kabupaten setempat untuk dijadikan City Tour. Ini cara yang ampuh seperti kawasan pura peninggalan jaman dahulu yang tidak tersentuh pengunjung di Kota Denpasar Bali menjadi ramai dikunjungi banyak orang. Jangan lupa, mengajak para blogger untuk selalu memberikan kabar terbaik tentang Museum Atsiri Indonesia di mata dunia. Kerja sama adalah penting yang diimbangi dengan program Revitalisasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun