Mereka tiba di depan rumah Mia. Mia memandang Arga dengan penuh terima kasih. "Terima kasih banyak, Arga. Kamu sangat baik." dengan memberikan jas hujan milik Arga.
Arga menggaruk belakang kepalanya, merasa malu. "Sama-sama, Mia. Aku senang bisa membantu."
Mia tersenyum dan melambaikan tangan sebelum masuk ke rumah. Arga merasa hatinya melayang. Meski belum sempat menyatakan perasaannya, dia merasa hari ini adalah langkah besar menuju mimpinya.
Di dalam hatinya, Arga tahu dia harus terus berjuang. Meskipun belum saatnya untuk menyatakan perasaannya, setiap momen di dekat Mia membuatnya semakin yakin bahwa cinta mereka akan menemukan jalannya sendiri.
******
Pada suatu hari setelah latihan, Arga berani mendekati Mia ketika mereka sedang bersama-sama membersihkan alat musik.
"M-Mia," ucap Arga dengan gemetar, "ada yang ingin aku sampaikan padamu."
Mia mengangkat alisnya, "Apa itu, Arga?"
Arga menelan ludahnya, "Aku... aku suka padamu, Mia. Sejak pertama kali bertemu di lapangan, aku merasa..."
Sebelum Arga sempat menyelesaikan kalimatnya, Mia tersenyum tipis, "Arga, kamu lucu. Tapi, aku sudah punya seseorang yang kusukai. Maaf ya."
Arga merasa dunianya hancur. Dia berusaha tersenyum, meskipun hatinya teriris. Dia berjanji pada dirinya sendiri bahwa dia tidak akan menyerah begitu saja.