Hari itu, hujan turun deras saat Arga hendak pulang dari sekolah. Ia menutupi kepalanya dengan ransel dan berlari ke arah gerbang. Namun, matanya menangkap sosok yang sangat dikenalnya duduk sendirian di taman sekolah, basah kuyup dan tampak kedinginan. Itu Mia.
Arga menghampiri Mia dengan rasa gugup. Dia belum pernah seberani ini sebelumnya, tetapi melihat Mia dalam keadaan seperti itu membuatnya tak bisa tinggal diam.
"M-Mia, kamu kenapa masih di sini? Belum pulang?" tanya Arga dengan suara bergetar.
Mia menoleh, sedikit terkejut melihat Arga. "Oh, Arga. Aku masih menunggu kakakku menjemputku, tapi sepertinya dia terjebak hujan."
Arga berpikir sejenak, lalu memberanikan diri. "Aku bisa antar kamu pulang, kalau kamu mau. Aku bawa jas hujan di tas."
Mia tersenyum lembut. "Benarkah? Terima kasih banyak, Arga. Aku benar-benar butuh bantuan."
Arga mengeluarkan jas hujan dari tasnya dan memberikannya pada Mia, lalu berjalan berdampingan dengan Mia menuju parkiran sekolah. Meskipun hatinya berdebar kencang, dia merasa senang bisa membantu gadis yang dia sukai.
Di perjalanan, mereka berbicara tentang banyak hal. Arga menemukan bahwa Mia bukan hanya cantik, tetapi juga humoris.
"Kamu selalu tampak tenang di klub musik," kata Mia, memecah kesunyian. "Bagaimana kamu bisa begitu percaya diri?"
Arga tersenyum, mencoba menyembunyikan kegugupannya. "Sebenarnya, aku juga sering gugup. Tapi, musik selalu membuatku merasa lebih baik dan lebih percaya diri."
Mia tertawa kecil. "Aku mengerti. Musik memang punya kekuatan untuk membuat segalanya terasa lebih baik."