Mohon tunggu...
Caroline Vania Putrisantosa
Caroline Vania Putrisantosa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Menempuh pendidikan S1 jurusan Bioteknologi, Fakulltas Teknobiologi Universitas Katolik Indonesia Atmajaya

Merupakan seseorang yang selalu penasaran dan senang mencoba hal baru

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Apa, Air Kelapa Bikin Turun Berat Badan? Fact or Fake Nih?

19 November 2022   10:09 Diperbarui: 19 November 2022   10:35 227
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: India Today, Science News

Oleh: Caroline Vania P, Viona Patricia, Michelle

PENDAHULUAN 

Pasti kalian sering mendengar tentang penyakit obesitas kan? Obesitas merupakan penyakit yang mulai menjadi masalah yang cukup serius. Penyakit ini disebabkan oleh beberapa faktor, tapi terduga faktor utama penyebab obesitas adalah konsumsi kalori yang berlebih, khususnya makanan yang memiliki kandungan energi yang tinggi. Biasanya mereka yang menderita obesitas akan sering mengalami pembengkakan yang pada akhirnya menyebabkan penyakit kronis seperti diabetes. 

Oleh karena itu mereka yang menderita obesitas biasanya diresepkan obat-obatan khusus. Sayangnya, obat-obatan ini berujung memiliki efek samping yang tidak baik bagi tubuh sehingga diusulkanlah makanan fungsional sebagai alternatif terhadap obat anti diabetes karena alami dan tidak memiliki efek samping. 

Salah satu makanan yang diduga dapat menjadi alternatif adalah air kelapa. Kandungan gula pada air kelapa ini ternyata dapat menjadi sumber karbohidrat yang baik untuk minuman fermentasi dan cuka loh. Cuka sendiri merupakan produk makanan yang dihasilkan dari fermentasi sumber karbohidrat yang memiliki banyak manfaat. 

Namun, manfaat ini beragam berdasarkan sumber karbohidrat yang digunakan dan jenis mikroba yang berperan dalam proses fermentasi. Sejauh ini air kelapa terbukti dapat mengaktifkan metabolisme lemak dan memiliki efek antiinflamasi, maka dari itu Nur dan kawan-kawan melakukan uji kemampuan cuka air kelapa sebagai alternatif obat anti obesitas. Penasaran gak sih, gimana caranya?

METODE

Mereka membeli kelapa di Pasar Borong Selangor di Malaysia. Selanjutnya, air kelapa ini difermentasi secara anaerob (tanpa oksigen) oleh Saccharomyces cerevisiae 7014 INRA (jenis strain bakteri) pada suhu ruang selama 7-10 hari untuk menghasilkan alkohol. Nah gak stop sampai situ aja, alkohol ini akan difermentasi lagi dengan Acetobacter acetii vat Europeans  pada suhu ruangan dan kondisi anaerobik selama 4 minggu yang akan menghasilkan cuka air kelapa yang sesuai standar. 

Cuka air kelapa ini kemudian disimpan dalam wadah stainless-steel selama 30 hari agar hasilnya maksimal. Setelah itu cuka air kelapa ini akan disaring, kemudian disimpan di botol dengan suhu ruangan 4C. Dingin banget, bukan? Kemudian, dalam cuka ini nantinya ditemukan asam galat, asam vanilat dan asam p -hidroxybenzoat. 

Percobaan ini dilakukan pada 24 ekor tikus obesitas yang dibagi menjadi 3 kelompok. Kelompok pertama tanpa pengobatan, kelompok kedua diberi cuka air kelapa dengan dosis rendah, dan kelompok terakhir diberi cuka air kelapa dengan dosis tinggi. 

Percobaan ini dilakukan selama 33 minggu, kelompok kedua dan ketiga akan mulai diberi diberi cuka pada minggu ke 24-33. Berat badan 24 tikus ini akan diukur seminggu sekali. Pada saat waktu percobaan selesai adalah saatnya mengucapkan selamat tinggal pada tikus-tikus tersebut dengan membunuh mereka (mari kita dengan segenap hati mengucapkan terima kasih kepada tikus-tikus pemberani tersebut!) dan akan dilakukan uji pada darah untuk kandungan kolesterol, trigliserida dan HDL, uji pada ekspresi gen menggunakan PCR, uji untuk mengukur level nitrat oksida di hati dan uji efek dari cuka air kelapa pada sitokin yang disekresikan. 

HASIL

Pada minggu ke-24 dari percobaan, rata-rata kenaikan berat badan pada tikus yang diberi makan makanan dengan kandungan lemak tinggi atau bahasa kerennya High-Fat-Diet (HFD) adalah sebesar 30 gram. Setelah itu, tikus dibagi menjadi tiga kelompok dan diuji lebih lanjut dengan pemberian cuka air kelapa selama 10 minggu untuk melihat perubahan rata-rata berat badan mereka. Tikus kontrol yang tidak diberi cuka air kelapa mengalami kenaikan rata-rata berat badan sebesar 1 gram, tikus yang diberi cuka air kelapa dengan dosis rendah mengalami penurunan rata-rata berat badan sebesar 17,9%, dan tikus yang diberi cuka air kelapa dengan dosis tinggi mengalami penurunan rata-rata berat badan sebesar 8,7%. 

Seperti yang sudah dipaparkan di atas, mengonsumsi HFD menjadi salah satu penyumbang obesitas yang cukup besar. Berdasarkan beberapa riset sebelumnya, hewan pengidap penyakit obesitas, secara patologis memiliki kemiripan dengan manusia yang juga mengidap penyakit tersebut, maka dari itu mereka tepat untuk dijadikan model penelitian mengenai anti obesitas. 

Didukung oleh percobaan Williams beserta rekan-rekannya, tikus jantan khusus pembantu penelitian yang diberi pakan dengan kandungan lemak tinggi mengalami kenaikan berat badan yang sangat signifikan, hebatnya mampu menyentuh bobot tubuh rata-rata 50 gram per tikus. 

Diamati juga bobot tubuh tikus obesitas dengan perlakuan yang berbeda, yaitu yang diinduksi dengan makanan kandungan tinggi lemak dan tidak diberi pengobatan, hanya mengalami sedikit kenaikan. Ternyata, pengobatan menggunakan cuka air kelapa dengan dosis yang tepat mampu menurunkan berat badan dan meningkatkan karakter lipid serum dari tikus obesitas yang dirangsang HFD. 

Pada artikel ini, sebelumnya sudah dikatakan bahwa cuka memiliki efek yang luar biasa bagi tubuh, hal ini dikemukakan oleh Seo dan kawan-kawan pada studi mereka, yaitu cuka bertindak sebagai anti-obesitas dan hipolipidemik[1]. 

Namun, dari temuan mereka itu, sayangnya, cuka tomat belum berhasil mengubah total kolesterol tikus obesitas. Tetapi, pada penelitian ini terjadi terobosan dengan perlakuan pemberian cuka air kelapa selama 10 minggu, berhasil mengurangi berat badan sebesar 17,9%, total kolesterol serum sebesar 29,55%, dan trigliserida sebesar 29,88%. 

Ternyata, terdapat studi yang telah melaporkan bahwa air kelapa selain mampu berperan sebagai agen metabolisme lemak, ia dapat menjadi anti hipolipidemik pada diabetes yang terinduksi aloksan[2], dan pola makan yang diperkaya kolestrol lemak. 

Namun, kelemahannya adalah cuka air kelapa ini memiliki waktu pengobatan yang lebih lama. Hal ini mungkin dapat disebabkan oleh bahan awal dan durasi perlakuan yang digunakan. Walaupun begitu, karena cuka air kelapa memperlihatkan manfaat dalam memperbaiki berat badan dan karakter serum lipid subjek obesitas, regulasi adipogenesis[3], peradangan, dan populasi mikroba usus, perlu diinvestigasi lebih lanjut terkait probabilitas regulasi cuka air kelapa terhadap subjek obesitas. 

Sumber gambar: India Today, Science News
Sumber gambar: India Today, Science News

Obesitas sendiri merupakan hal yang tidak bisa lepas dari adipogenesis berlebihan, diatur oleh ekspresi yang terdiferensiasi dari faktor transkripsi adipogenik atau jaringan berisi lemak, adipokin[4], dan transporter glukosa. Namun, terdapat sebuah faktor keren yang penting untuk memediasi transkripsi adipogenesis, yaitu SREBP (Sterol Regulatory Element Binding Proteins). 

Ekspresi SREBP menyebabkan akumulasi lipid droplets dan homoeostasis kolesterol, seperti pengamatan yang dilakukan pada tikus obesitas yang tidak diobati dalam penelitian ini. Cuka air kelapa melakukan magic-nya, yaitu dengan menekan ekspresi SREBP di jaringan adiposa dan khususnya kadar kolesterol total dan trigliserida. 

RB4 (Retinol Binding Protein) dan resistin adalah adipokin dengan efek pro-adipogenesis. Berkaca dari studi sebelumnya, resistin merupakan target terapi yang cocok untuk mengobati kadar LDL yang tinggi. Dalam penelitian ini, ekspresi RBP4 dan resistin diturunkan regulasinya pada tikus obesitas yang diberi perlakuan cuka air kelapa dan hasilnya penargetan RB4 serta resistin efektif dalam memperbaiki obesitas dan mengurangi kadar LDL. 

Hati memainkan peran penting dalam metabolisme lipid. Fungsinya termasuk mendukung lipogenesis dan adipogenesis adiposit, sehingga terkadang mampu menghasilkan peningkatan jaringan adiposa yang berlebihan. 

Namun, perawatan dengan cuka air kelapa telah ditemukan untuk mengurangi peradangan hati, seperti ditunjukkan oleh penurunan regulasi ekspresi gen NF-KB[5] dan iNOS[6] (Sintase Nitrat Oksida) dan level NO (Nitrat Oksida) di hati. Efek antiinflamasi dari cuka kemungkinan bisa timbul akibat adanya polifenol dan flavonoid di dalamnya cuka. 

Sebuah studi sebelumnya mengatakan bahwa asam galat dan vanilat pada cuka memiliki efek antioksidan, antiinflamasi, hipolipidemik, dan menjadi tameng bagi hati pada model tikus obesitas yang diinduksi HFD. 

Adipokin juga ternyata memiliki kaitan dengan peradangan karena obesitas. Bagaimana bisa? Misalnya, adiponektin telah teridentifikasi sebagai agen antiinflamasi, dimana pemulihan hormon adiponektin, yang lumrah mengalami penurunan regulasi pada subjek pengidap obesitas, dilaporkan memiliki kekuatan dalam menginhibisi inflamasi yang diinduksi oleh obesitas dengan cara melemahkan aktivasi NF-KB. 

KESIMPULAN

Untuk menutup penelitian yang penuh dengan terobosan ini, dapat disimpulkan bahwa, penelitian ini berhasil menunjukan cuka air kelapa yang mengandung bahan-bahan seperti asam asetat, asam galat, dan asam vanilat, mampu bertindak sebagai ramuan ajaib yang membantu melawan obesitas, hipolipidemik, dan inflamasi. 

Cuka air kelapa ini dapat memberikan khasiat yang menakjubkan berkat kontribusi regulasi ekspresi daripada faktor transkripsi adipogenik, adipokin, pengangkut glukosa, dan perantara inflamasi. Sebagai pelengkapnya, perubahan pada makhluk hidup berukuran kecil (atau yang biasa disebut mikrobiota) dalam sistem pencernaan oleh pengobatan menggunakan cuka air kelapa secara tidak langsung menunjang metabolisme lipid dan mereduksi inflamasi akibat obesitas. 

Penjelasan tambahan:

[1](kelompok obat-obatan yang digunakan dalam pengobatan lemak (lipid) tingkat tinggi)

[2](senyawa turunan yang mampu memicu diabetes: mengakibatkan kerusakan spesifik secara cepat pada sel Langerhans pada jaringan pankreas sehingga menyebabkan penurunan yang drastis pada sekresi insulin. Kondisi ini dapat menyebabkan diabetes mellitus tipe I)

[3](pembentukan adiposit dari stem cells)

[4](faktor sekresi turunan adiposa yang mengatur adipogenesis dan inflamasi)

[5](faktor transkripsi primer yang bekerja secara cepat dan ditemukan di semua jenis sel)

[6](dapat ditemukan di kromosom 17 dan bertugas untuk membentuk nitrat oksida)

Referensi:

Mohamad NE, Yeap SK, Ky H, Ho WY, Boo SY, Chua J, Beh BK, Sharifuddin SA, Long K, Alitheen NB. 2017. Dietary coconut water vinegar for improvement of obesity-associated inflammation in high-fat-diet-treated mice. Food & Nutrition Research. 61(1): 1-10.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun