"Namanya Seraphine..."
Malida masih sempat menggendongnya, saat dokter menyerahkan bayi itu sesaat setelah Ia lahir. Bayi perempuan yang cantik, gemuk dan sehat. Malida sempat bingung saat tahu harus melewati daerah banjir untuk sampai di rumah sakit. Hanya diantar ibu, Malida menguatkan hati untuk siap menjalani persalinan yang mungkin akan datang beberapa jam lagi.
"Sempurna dan sehat..."dokter Heni sempat membisikkan ke telinga Malida. Malida menitikkan air mata bahagia.Tak dirasakannya lagi sakit luar biasa saat Seraphine akan lahir. Malida hanya memikirkan rasa cintanya pada anak itu. Anak yang sangat dicintainya sejak Ia masih di dalam rahim Malida.
"Ada keluarga yang menunggu di depan?"tanya dokter Heni lagi.
"Ibu saya."sahut Malida pelan.
Tak ingin membayangkan seorang laki-laki gagah yang membuatnya jatuh cinta. Cinta yang terlampau besar dibandingkan rasa sakit yang dirasakannya. Malida tak ingin menengok kebelakang, untuk masa lalu yang membuatnya tak bisa menahan diri dari keindahan cinta yang selalu ingin diulangnya.
****
Bayi perempuan ini lucu sekali. Malida merasa beruntung memilikinya. Mencintainya dengan tak habis sama seperti cintanya pada laki-laki itu. Laki-laki yang hanya bisa dicintainya diam-diam dan  menyimpan rasa cinta itu hanya  di dalam hatinya. Tak bisa menyentuh apalagi memilikinya. Malida tak pernah menyesali pertemuannya dengan laki-laki itu. Kalau tak ada dia pasti tak ada Seraphine, pikirnya. Mungkin jalan hidupnya kurang beruntung karena tak bisa memiliki keluarga lengkap.Seorang suami, istri dan seorang anak. Tak juga menyesali perpisahan yang akhirnya harus dipilih karena kehadiran Seraphine di rahimnya ternyata tak mengubah keputusan laki-laki itu untuk hidup bersamanya.
"Namanya Seraphine..."Malida berkali-kali menyebut nama itu setiap kali ada yang datang menengoknya.Mengantarkan mereka melihat Seraphine yang gemuk dan lucu.
"Cantik sekali..."
"Ihh lucu banget..."