Mohon tunggu...
Carlos Nemesis
Carlos Nemesis Mohon Tunggu... Insinyur - live curious

Penggiat Tata Kota, tertarik dengan topik permukiman, transportasi dan juga topik kontemporer seperti perkembangan Industry 4.0 terhadap kota. Mahir dalam membuat artikel secara sistematis, padat, namun tetap menggugah. Jika ada yg berminat dibuatkan tulisan silahkan email ke : carlostondok@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Harapan Indonesia dan Bunuh Diri atau Depresi

22 November 2017   11:18 Diperbarui: 22 November 2017   11:33 1162
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Respons terhadap pencegahan kasus bunuh diri/konsultasi depresi di Indonesia

Alasan-alasan orang untuk bunuh diri bisa beragam, ada yang karena ditinggal orang yang dikasihi, konflik keluarga, korban kekerasan seksual, stigma buruk karena sesorang LGBTQ, dan beragam hal lainnya. Amerika memiliki hotline yang aktif untuk melayani setiap keluhan yang berbeda-beda. Ada hotline untuk pencegahan bunuh diri yang urgentmelalui 911, tempat konsultasi pikiran2 bunuh diri melalui National Suicide Hotline, konsultasi LGBTQ melalui Trevor Project, konsultasi korban kekerasan fisik dan kekerasan seksual melalui jaringan The Rape, Abuse, & Incest National Network, konsultasi keadaan depresi melalui Suicide Prevention Services of America.

Karena setiap permasalahan membutuhkan pendekatan yang berbeda-beda dan harus secara profesional ditangani oleh ahlinya.

Lalu bagaimana kondisinya di Indonesia :

Indonesia sebelumnya mempunyai hotline 500-454 untuk melayani konsultasi depresi dan bunuh diri sejak tahun 2010, namun sudah non aktif pada tahun 2014. Digantikan dengan layanan lebih secara umum melalui 119.

Saya memutuskan menelfon ke hotline ini. Pada awalnya diangkat oleh operator, saya menceritakan kondisi saya. Operator tidak terlalu paham bagaimana bisa menangani penelfon karena banyak meminta penjelasan, dan memberikan saran-saran yang menurut saya bukanlah seperti penanganan profesional. Namun akhirnya operator menyambungkan ke seorang dokter, saya tidak tahu dia dokter apa. Tetapi pembawaannya memang lebih tenang kali ini dan cukup sedikit membantu saya bagaimana bisa menenangkan diri.

Masih terdapat beberapa kekurangan dalam pelayanan ini yang masih bisa ditingkatkan lagi. Mohon diingat bahwa bagi kami yang telah mengalami ini membutuhkan orang yang berkonsultasi dengan berpikiran terbuka tidak hanya sekedar saran untuk langsung rujukan ke tempat psikiater terdekat.

Saya masih beruntung bisa "menyintas" kehidupan ini, tapi ada banyak lagi yang harus berakhir.

Bagi orang-orang yang sedang berjuang dalam hidupnya ada beberapa kalimat yang saya rangkai, semoga menjadi nyala bagi anda :

Karena kita tidak bisa tahu setelah badai akan ada apa? Bisa saja badai lagi yang lebih keras, atau sinar matahari pagi yang mengusir awan hitam. Tetaplah bertahan! Walaupun ribuan perjuangan tidak kunjung dimenangkan, namun jika kalian tetap bisa bertahan, kalian adalah juaranya. Teruslah menyala dan cahaya semakin terang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun