Setelah datang aqua botol Abah menyuruh menyiapkan gelas. Dan dengan tangannya sendiri, dua kaleng kueh dibukakan tuk dihidangkan pada kami.
Subhanallah. Memuliakan tamu (Ikrom adh-dhuyuf) memang menjadi akhlak mulia para Guru Pesantren.
Tapi hati saya mulai gelisah.
Dalam pikiranku berkecamuk mungkin karena dosaku Abah Dim tidak mau menjawab permohonanku. Atau karena nafsu dunyawiku, Abah cukup memberiku air minum dan kueh. Bukan nasehat dan doa.
Astagfirullah al-adzim min kulli dzambin adzim. Ya Allah.
Sedikit memaksa, saya bilang,
" Abah, mohon doanya, kami mendirikan pesantren Al-Mizan tahun 1999. Tantangannya banyak. Dari yang menuduh kami ahli bid'ah hingga masyarakat yg masih "ngagem" ilmu Siliwangi".
Abah langsung menatapku tajam.
Beliau menjawab, " kenapa dengan Siliwangi?. Sebelum Wali Songo, penyebaran Islam telah berlangsung. Kian Santang dan Larasati dididik Syeikh Qurra. Dan melahirkan Syeikh Syarif Hidayatullah. Bahkan Patih Gajah Mada pun masuk Islam. Wali Songo mengorganisir Dakwah Islam hingga lebih meluas dan syiarnya menyentuh khalayak ramai. Pengenalan, penyebaran dan penguatan jadi pola dakwah saat itu".
Abah Dim meneruskan pembicaraan.
" Sekarang banyak pesantren berdiri dan santrinya banyak. Lebih banyak secara kuantitas. Tapi Kiai yang alim dan alamah sangat sedikit", Mbah Dim menarik nafas dalam. Berat.