Mohon tunggu...
Yeni Kurniatin
Yeni Kurniatin Mohon Tunggu... Administrasi - if love is chemistry so i must be a science freaks

Ordinary creature made from flesh and blood with demon and angel inside. Contact: bioeti@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Orion: Kaum Perusuh [02:30]

7 Januari 2019   07:20 Diperbarui: 9 Juli 2023   18:43 179
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Oh ... Great spirit grant me

The serenity to accept the thing I cannot change

The Courage to change the thing I can

And The Wisdom to know the different

-NN-

Siang itu tiba-tiba Gyas diperintahkan untuk menghadap Ibu Buchori. Pemanggilan Gyas diumumkan melalui speaker sehingga seluruh Patrion dapat mendengar. Ibu Buchori, guru Matematika yang konon terkenal killer. Konon, karena kelas Gyas belum mendapat jatah ajar beliau.  Beliau khusus mengajar kelas senior untuk memantapkan menghadapi ujian kelulusan.

Setelah lima belas menit di ruangan Ibu Buchori, Ibu Atik datang menghampiri Gyas yang sedang menunggu dengan gelisah.

"Nak Gyas, Ibu Buchori mendadak dipanggil Pak Kepsek. Tadi memang beliau berpesan untuk ditunggu. Tapi barusan beliau WA ibu, katanya ditinggal saja. Urusannya belum selesai." Kata Bu Atik sambil seolah-olah membaca pesan dari Ibu Buchori.

Gyas menanggapinya dengan ternganga. Aneh sekali. Tapi Gyas tidak mau ambil pusing. Olive tadi sempat menduga-duga. Pemanggilan Ibu Buchori biasanya ditujukan untuk kaum perusuh atau para pelanggar peraturan. Menurut Gyas itu lebih baik. Jika begitu, berarti rencana meninggalkan Patrion didukung penuh oleh semesta.

Seketika Gyas memutuskan pamit tanpa mengorek sedikit pun keterangan demi memenuhi rasa penasaran kenapa dirinya dipanggil. Setelah mengucapkan terima kasih, Gyas buru-buru keluar.

Saat ini Gyas lebih memikirkan untuk bisa datang ke GOR seceopatnya.  Jam tiga Gyas berjanji untuk datang ke GOR. Sekarang waktu menunjukan pukul tiga kurang empat puluh lima menit. Artinya dia hanya punya lima belas menit untuk datang ke GOR dengan jarak lebih dari 5 KM dari Patrion. Harus ditempuh angkot pula. 

Siang ini Gyas dan kawan-kawannya akan mulai menggarap 'proyek' Kang Pian. Sedangkan dirinya tidak mempunyai alat komunikasi untuk memberitahu Jimmi, Ajeng dan teman-teman yang lain untuk memberitahu kalau dia terlambat. Sebuah mision yang impossible. 

Setengah berlari Gyas menuruni anak tangga. Mengambil anak tangga ke kiri. Berlawanan dari arah kelasnya. Anak tangga ini akan langsung menuju kantin. Lebih cepat beberapa menit dari pada dia harus kembali melewati kelas.

Bruk..... 

Tabrakan dengan Meytha membuat Gyas terpelanting. Kakinya tersangkut, jatuh saat menuruni anak tangga terakhir. Gyas tidak menyangka rombongan Meyhta sedang melintas.

"Ma' af..." pinta Gyas lalu mencoba berdiri dan membetulkan roknya.

"HUH!!" Jawab Meytha angkuh. Langsung mengibarkan kipas. Bukan menolong Gyas, Meytha beserta dayang-dayang malah mundur beberapa langkah. Seolah-olah hamba sahaya tidak boleh mendekati para bangsawan.

"Makanya kalau jalan pakai mata dong!!!!" hardiknya.

"Ma'af kalau saya jalan pakai kaki. Mata untuk melihat." Tukas Gyas dengan spontan. Mencoba melawan perlakuan mereka yang dirasa semena-mena. Sudah celaka, bukannya ditolong malah diomeli.

Gyas beringsut meninggalkan Meytha. Salah satu dayang cekikikan mendengar jawaban Gyas. Membuat Meytha semakin kesal.

"Diem Lu!!" hardik Meytha pada dayang Meytha yang cekikikan.

Bisakah para dayang itu berpikir mandiri daripada mengekor Meytha yang tidak puguh juntrungannya? Tanya Gyas dalam hati. Kesal sekali permintaan ma'afnya malah dilecehkan. Tiba-tiba...

Bluk!!!

Bola basket menghantam kepalanya dengan keras. Gyas tersungkur, kepalanya pening lalu mendadak semua berubah kuning, orange, lalu hitam.

"Ma'af!!" pekik Lingga. Langsung memburu Gyas sebelum mendarat di lantai.

Lingga memapah Gyas ke bangku kantin. "Ma'afin saya,  Kamu baik-baik saja kan?"

Gyas meringis, mengigit bibir bawahnya, rasanya pening. Banyak burung berputar, bercicit di kepalanya.

"Saya ba....ba....baik-baik saja.." jawab Gyas terpatah-patah walau dalam hati nyumpahin.

"Syukurlah. Kamu duduk di sini saja dulu. Nanti aku antar. Kamu pulang kemana?" tawarkan Lingga untuk menebus dosa.

"Tidak usah, aku sudah baikkan. Sumpah" Gyas mengacungkan jari tengah dan telunjuknya dengan lemah. Semua orang terlihat menjadi dua. "Aku baik-baik saja."

"Nanti kalau kamu pingsan di jalan gimana?"

"Gak akan. Tenang saja..."

"Beneran nih? Gak mau diantar."

"Mungkin lain kali..." jawab Gyas tertekan di bawah tatapan lekat Meytha penuh kebencian.

"Baiklah." Lingga menyerah.

Gyas berusaha berdiri, burung-burung  yang berputar di kepalanya sudah lenyap beterbangan. Tetapi lantai yang dipijak berubah menjadi labil. Gyas limbung. Sulit untuk seimbang. Dengan tertatih Gyas berdiri. Lalu, terjatuh lagi. Lingga sudah memperhitungkan. Hop! Lingga menahan tubuh Gyas.

"Menurut saya kamu enggak OK. Kamu tunggu sini. Aldiiiii!!! Bantuin gue." Teriak Lingga.

Gyas memijit kepalanya yang masih pening di samping Lingga yang memerintahkan teman-temannya untuk membantu dia. Meytha jelas keberatan melihat kejadian ini. Dia mengibas-ngibaskan kipasnya dengan gerah. Soemarco yang melihatnya dari jendela perpus pun ikut memperhatikan dengan was-was.

========================

Waktu yang dibutuhkan untuk membaca cerita ini kurang lebih 2 menit 30 detik. Cerita ini dibuat sebagai dukungan kepada lembaga pemberantasan korupsi, Sebagai kegundahan setiap kali mendengar kasus korupsi mengemuka.

Untuk cerita sebelumnya bisa dikunjungi di sini

Mohon ma'af jika kelanjutan cerita ini terlambat, dikarekana dua bulan kemarin mempersiapkan ujian terlebih dahulu. 

Semoga Negeri ini tetap dalam lindungan Tuhan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun