Siang ini Gyas dan kawan-kawannya akan mulai menggarap 'proyek' Kang Pian. Sedangkan dirinya tidak mempunyai alat komunikasi untuk memberitahu Jimmi, Ajeng dan teman-teman yang lain untuk memberitahu kalau dia terlambat. Sebuah mision yang impossible.Â
Setengah berlari Gyas menuruni anak tangga. Mengambil anak tangga ke kiri. Berlawanan dari arah kelasnya. Anak tangga ini akan langsung menuju kantin. Lebih cepat beberapa menit dari pada dia harus kembali melewati kelas.
Bruk.....Â
Tabrakan dengan Meytha membuat Gyas terpelanting. Kakinya tersangkut, jatuh saat menuruni anak tangga terakhir. Gyas tidak menyangka rombongan Meyhta sedang melintas.
"Ma' af..." pinta Gyas lalu mencoba berdiri dan membetulkan roknya.
"HUH!!" Jawab Meytha angkuh. Langsung mengibarkan kipas. Bukan menolong Gyas, Meytha beserta dayang-dayang malah mundur beberapa langkah. Seolah-olah hamba sahaya tidak boleh mendekati para bangsawan.
"Makanya kalau jalan pakai mata dong!!!!" hardiknya.
"Ma'af kalau saya jalan pakai kaki. Mata untuk melihat." Tukas Gyas dengan spontan. Mencoba melawan perlakuan mereka yang dirasa semena-mena. Sudah celaka, bukannya ditolong malah diomeli.
Gyas beringsut meninggalkan Meytha. Salah satu dayang cekikikan mendengar jawaban Gyas. Membuat Meytha semakin kesal.
"Diem Lu!!" hardik Meytha pada dayang Meytha yang cekikikan.
Bisakah para dayang itu berpikir mandiri daripada mengekor Meytha yang tidak puguh juntrungannya? Tanya Gyas dalam hati. Kesal sekali permintaan ma'afnya malah dilecehkan. Tiba-tiba...