"Ketiga. Tajiiir melintir."
 "Yang tajir itu, emak bapaknya." Jelaskan Gyas setengah kesal.
Ajeng tertawa, "Gee, jangan murung begitu. Siapa tahu Patrion tidak seburuk yang kamu sangka."
"Seburuk apa?"
"Kamu teh seperti membayangkan monster di kolong tempat tidur."
"Kamu ngomong naon?
"Iya, karena di kolong tempat tidur kamu gak ada monster. Tapi sampah. Wew ah!"
"Iiiih...."
Ajeng mah enak sudah berada di habitatnya. Dengan jalur prestasi di bidang modeling dan pencak silat. Ajeng diterima di SMA Fame. Konon SMA Fame ini memberi konstribusi sekian persen pada pesohor nusantara. Lulusan dari Fame banyak yang menjadi artis. Selain artis sekarang banyak pula yang menjadi anggota Dewan. Ajaib.
SMA Fame tidak segan-segan memberi dispensasi bagi kegiatan siswa-siswinya. Asal puguh. Maksudnya kegiatannya jelas. Siapa yang mengadakan dan maksud tujuannya apa. Pihak sekolah tidak mau juga terjebak kalau siswanya sekedar jadi gimmick.
Sekarang mah gampang buat penelusuran. Semua siswa Fame media sosialnya dipantau. Desas-desusnya mereka punya tim khusus. Sebuah terobosan sekolah untuk mendukung bakat-bakat terpendam siswanya. Sekolah tidak ingin gara-gara sebuah postingan, siswa mereka gagal mendapat beasiswa. Gagal dalam sebuah kompetisi.Â