Orang pertama yang menjadi tempat curhat Gyas adalah Ajeng. Sekar Ajeng Kinanti. Sesuai namanya, tampilan Ajeng memang anggun. Tinggi 167 cm dan masih akan bertambah. Berkulit sawo matang, rambut lurus sepunggung. Pertemanan dengan Ajeng bukan karena sistem zonasi. Ajeng adalah teman les pencak silat Gyas. Mereka berdua berlatih di gedung olahraga yang sama. Jimmi juga berlatih di sana bersama tim basketnya.
Gedung olah raga letaknya kurang dari 2 kilo dari rumah masing-masing. Sisi kanan-kirinya garasi bis antar kota antar provinsi. Pemilik garasi berbaik hati meminjamkan untuk dijadikan tempat berlatih. Gyas, Ajeng, Jimmi belum pernah bertemu dengan pemiliknya. Menurut mereka pasti orangnya baik hati. Padahal bisa saja tempat latihan ini disewakan juga untuk dijadikan garasi.
Ajeng dan Gyas sering kali dibujuk anak-anak basket untuk menjadi pemandu sorak gadungan. Mereka terpaksa menyumbang dengan gaya ala-ala. Sekedarnya. Terkadang bercampur dengan gerakan silat. Maklum klub basket Jimmi belum bisa memiliki tim chearleader sendiri. Swadaya, swa sembada. Saaya-aya. Memperdayakan teman dan kerabat.
Ajeng memiliki tubuh dengan metabolisme yang diidamkan para perempuan. Sebanyak apa pun makanan yang masuk keperutnya. Tidak membuat pengaruh banyak pada tampilannya. Gak ngaruh se-ons pun. Membuat iri nasional saja. Â Â
Sejak kecil Ajeng sudah mengikuti ajang pencarian bakat bidang modeling. Di antara mereka bertiga. Ajeng, Gyas dan Jimmi. Ajeng memiliki jumlah pengikut instagram terbanyak. Jika disebut selebgram, Ajeng memang cocok. Beberapa kali dia meng-endorse. Sering kali jadi model untuk toko online. Jika di Bandung ada acara, biasanya Ajeng suka ambil bagian. Jadi yang pegang bendera, rambu, papan identitas, atau papan pengumuman yang berisi anjuran, bujukan, atau rayuan. Jadi sering eksis.
"Apaaa??? Patrion? Yang bener Gee?? Patrion?" pekik Ajeng seraya mengapit dua pipinya. Pupil matanya terlihat membesar. Bahagia sekali mendengar sahabatnya masuk sekolah bergengsi.Â
"Apa sih istimewanya Patrion?" Tanya Gyas dengan lemas.
"Eh, ai kamu. Patrion mah selalu istimewa. Pertama, pasti banyak anak cowok yang syakeeep."
"Eimm..."
"Kedua, tajir."
"Eimm..."