Mohon tunggu...
Carissa Nabila Harijadi
Carissa Nabila Harijadi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Politik

-

Selanjutnya

Tutup

Politik

Menyoal Politik Dinasti di Indonesia: Kegagalan Dalam Mewujudkan Manajemen Partai Politik Modern (Studi Kasus: Politik Dinasti Ratu Atut Banten)

23 Oktober 2022   00:07 Diperbarui: 23 Oktober 2022   00:10 264
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Hal ini berarti bahwa Golkar juga gagal dalam menerapkan manajemen partai politik modern yakni Kelembagaan (Institusionalisasi) serta Keanggotaan Partai Politik. Kita bisa melihat bahwa sumbangsih yang diberikan oleh keluarga Ratu Atut terhadap golkar sangatlah besar sehingga Golkar masih memiliki ketergantungan terhadap elit luar partai politik untuk mendapatkan dukungan dari masyarakat.

Pola rekrutmen Golkar yang cenderung melahirkan kepemimpinan Oligarki tersebut juga disebabkan oleh bagaimana sifat rekrutmen yang dianut oleh Partai Golkar. Perlu kita ketahui bahwa pola rekrutmen terbagi menjadi dua bagian, sebagaimana dikembangkan oleh Rahat (2007) bahwa sistem rekrutmen yang dimiliki di dalam partai Indonesia ialah sistem terbuka (inklusif) dan sistem tertutup (sentralisasi) (Rusnaedy, Fatma, & Faris, 2021). 

Kedua sistem ini akan menjawab pertanyaan, dimana bentuk rekrutmen inklusif akan menjawab pertanyaan seberapa terbuka penyeleksian anggota partai politik, dan pola tertutup akan menjawab sebagaimana terpusatnya rekrutmen anggota politik tersebut. Kita perlu mengetahui bahwa saat ini pola rekrutmen partai politik di Indonesia masih bersifat tertutup dengan keputusan yang berada di tingkat pusat. Hal ini juga berlaku bagi Golkar, dimana sifat rekrutmen yang dimiliki ialah semi-terbuka dengan bentuk pengambilan keputusan berada di bawah DPP (Fitriyah, 2020). Tentunya ini jjuga menjadi salah satu faktor utama mengapa dinasti politik Ratu Atut terus terjadi hingga Pilkada 2020.

Tertutup dan terpusatnya pengambilan keputusan saat rekrutmen partai politik juga mampu mencederai indikator manajemen partai politik modern lainnya yakni demokrasi intra partai politik. 

Ketiga aspek yang sebelumnya disebut mengenai demokrasi intra partai politik yakni imklusivitas, kelembagaan, dan desentralisais amat sangat tidak mencerminkan pola rekrutmen yang dilakukan di Golkar. Pola patronase didalam rekrutmen tertutup juga diperlihatkan dari kasus dinasti Ratu Atut. 

Keterlibatan anggota partai politik lain juga dibutuhkan dalam memperoleh keputusan akhir. Hal ini juga sejalan dengan studi yang dikembangkan oleh Norris& Lovenduski (1995) bahwa rekrutmen tertutup akan mencederai demokrasi internal partai politik akibat berpotensi bersifat elitis serta tertutup disini berarti hal ini sudah mengarah kepada calon politik yang berasal dari keluarga dinasti.
Sejatinya, partai politik sebagai elemen utama demokrasi harus menerapkan manajemen partai politik modern untuk segera menciptakan demokratisasi didalamnya. 

Fenomena politik dinasti seperti ini mencederai perkembangan partai politik yang seharusnya bersikap demokratis menjadi elitis sehingga kemudian banyak hal yang perlu dibenahi dari partai politik di Indonesia. Kekuasaan dan kewenangan yang dimiliki setiap orang harus dibatasi, sejalan dengan hal ini, adagium terkenal Power tends to corrupt but absolute power corrupts absolutely menjadi gambaran sederhana dari kasus dinasti oleh ratu Atut dan keluarganya. Dengan demikian, diperlukan kembali perbaikan rekrutmen serta demokrasi internal partai politik melalui regenerasi keanggotaan serta pendidikan bagi anggota partai politik. Menghindari politik dinasti di Indonesia merupakan hal yang sulit, maka dari itu permasalahan dinasti partai politik di Indonesia setidaknya tidak akan begitu mencederai demokrqasi apabila kandidat yang diusung juga memiliki kapabilitas dan kualitas yang baik

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun