Mohon tunggu...
Hamdani
Hamdani Mohon Tunggu... Konsultan - Sang Musafir - Mencari Tempat untuk Selalu Belajar dan Mengabdi

Kilometer Nol

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Tradisi Keluarga Samara dan Hikmah Membaca Al Quran

28 Agustus 2021   08:10 Diperbarui: 28 Agustus 2021   08:15 289
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Peserta Tahfiz Al-Quran Non Karantina sedang menghafal Alquran, BKM Babul Maghfirah/Dokumentasi Pribadi)

Setiap keluarga pasti menambakan anak-anak yang saleh. Anak-anak yang taat kepada Allah SWT dan berbakti kepada kedua orang tua. 

Itulah harapan setiap orang tua membentuk keluarga Samara (Sakinah Mawadah Warahmah).

Tidak saja saleh dalam hal beribadah kepada Tuhan, orang tua juga menginginkan anak-anak yang memiliki sikap keperdulian tinggi terhadap sesama dan lingkungan.

Namun untuk menggapai kesalehan hidup tidak lah serta merta tapi perlu dilakukan berbagai upaya dan usaha. Salah satu upaya yang wajib dibiasakan adalah membaca Alquran.

Meluangkan waktu membaca Alquran setiap hari adalah tradisi orang-orang saleh dan keluarga Samara. Tradisi ini sudah berlaku sejak jaman dulu bahkan masih berlangsung hingga sekarang.

Setiap orang yang saleh senantiasa menjadikan pengajaran dan menghafal Alquran sebagai pengajaran pertama dan utama bagi anak-anak mereka.

Pengajaran atau pembiasaan ini sangat penting artinya untuk meningkatkan kemahiran mereka membaca Alquran secara benar dan baik.

Melalui cara tersebut maka anak-anak sudah menguasai membaca Alquran sejak dini. Biasanya usia 5-10 tahun sudah lancar tajwid dan penghafalan.

Ulama-ulama terkenal dikalangan umat Islam baik Ulama dulu maupun sekarang sudah menghafal Alquran sejak usia muda. Misalnya Imam As-syafii telah mampu menghafal Alquran pada usia tujuh tahun.

Namun sangat disayangkan anak-anak di jaman sekarang sangat sedikit yang mampu membaca Alquran secara tajwid yang benar, konon menghafalnya. Bahkan sudah berstatus mahasiswa tapi belum bisa baca Alquran. Sangat ironis.

Anak-anak sekarang lebih jago bermain game dan tiktokan daripada mempelajari Alquran dan menghafalkan serta mengajarkan kepada orang lain.

Padahal mampu membaca Alquran hukumnya wajib bagi umat Islam yang telah baligh (dewasa).

Keuntungan yang diperoleh seorang muslim yang mampu membaca Alquran sangatlah banyak. Selain mendapatkan pahala saat membacanya juga menjadi obat ketenangan jiwa, dan menjadi petunjuk menuju kesalehan hidup.

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

"Dan Kami turunkan dari Al-Qur'an (sesuatu) yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang yang beriman, sedangkan bagi orang yang zalim (Al-Qur'an itu) hanya akan menambah kerugian." (QS. Al-Isra' 17: Ayat 82).

Dalam surat yang Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

"(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram."(QS. Ar-Ra'd 13: Ayat 28).

Imam Tirmidzi meriwayatkan sebuah hadits, Rasulullah SAW bersabda:

"Barang siapa yang membaca satu huruf dari Al-quran maka baginya mendapat satu kebaikan, dan satu kebaikan tersebut dilipat-gandakan menjadi sepuluh kalinya."

Begitulah banyaknya pahala bagi yang mau belajar dan membaca Alquran.

Tetapi di jaman modern sekarang manusia lebih senang kepada materi atau barang-barang mewah untuk mencapai kesejahteraan dan kebahagiaan hidup.

Padahal saat seseorang meninggal tidak satupun barang-barang mewah tersebut dibawa ke liang lahat, yang menjadi teman dalam kuburnya adalah amal dan Al-Qur'an sebagai penerang atau perisai dari azab.

Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa setelah Allah menciptakan surga dan telah merampungkannya, kemudian berfirman: 

"Orang-orang yang beriman dan beramal saleh, bagi mereka kebahagiaan dan tempat kembali yang baik," (Ar-Ra'd: 29).

Demikian itu sebagai ungkapan rasa takjub akan keindahannya.

Sekali lagi untuk mentradisikan membaca Alquran haruslah dimulai dari orang tua sebagai contoh bagi anak-anak mereka.

Kita tidak bisa menyuruh anak shalat bila kita sendiri tidak shalat. Begitu pula membaca Al Quran, anak-anak akan mengikuti kebiasaan itu bila orang tua biasa membaca Alquran baik saat di rumah maupun di luar rumah.

Pembiasaan ini harus istiqamah dan bersifat jangka panjang. Kebiasaan membaca Alquran haruslah sebagai kegiatan rutin setiap hari. Misalnya membaca Alquran setiap selesai melakukan shalat lima waktu, meskipun hanya beberapa halaman.

Atau membuat pengajian Al-Qur'an dirumah dengan mengajak tetangga atau teman-mereka untuk mempelajari dan membaca Alquran bersama.

Intinya tiada hari tanpa baca Alquran. One day one ayat mungkin bisa menjadi slogan untuk memotivasi anak-anak membaca Alquran.

Kiat membaca Alquran "satu hari satu ayat" akan mendorong anak-anak selalu dekat dengan Alquran. Cara ini bisa dilakukan dengan berbagai bentuk. Misalnya ketika sedang beraktivitas diluar rumah, anak-anak membawa Al-Quran dan membacanya disela-sela kesibukan.

Begitu pula orang tua yang bekerja bisa memanfaatkan kesempatan waktu istirahat nya untuk beberapa saat digunakan membaca Alquran.

Nah, cobalah memulai menanamkan Al-Quran didalam hati anak-anak kita dengan selalu mendekatkan mereka bersama Alquran. Insya Allah hidayah akan datang dan pertolongan Allah senantiasa tercurahkan kepada siapa saja yang mau berusaha.

Semoga tulisan sederhana ini ada manfaatnya dan menjadi nilai sedeqah bagi penulis. (*)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun