Perlu diketahui, remaja merupakan fase/usia dimana mereka memiliki keingintahuan yang kuat untuk mencari jati diri dan diakui (eksistensi).
Ini perlu diperhatikan dengan seksama oleh orang tua ketika akan menasehati mereka.
Rangkailah kalimat-kalimat verbal kita secara proporsional selaras dengan tujuan yang ingin dicapai dari sebuah nasihat.
Jangan paksa diri untuk menjatuhkan mereka melalui kata-kata kita yang tidak perlu. Sehingga usai dinasihati, remaja akan memberi hasil dan dampak positif sebagaimana diharapkan.
Selain itu orang tua perlu memiliki kepekaan yang tinggi untuk melihat suasana hati anak sebelum memberikan nasihat dilakukan.
Sejujurnya, bagi seorang remaja, mendengarkan nasihat merupakan sesuatu yang membosankan.
Fakta ini telah diakui oleh kebanyakan orang tua. Bahkan di dalam konsep parenting pun diajarkan agar tidak terlalu sering memberi nasihat kepada anak-anak karena menimbulkan kebosanan.
Konon, lebih baik jika nasihat itu disampaikan tidak melulu secara verbal, namun dikombinasikan dengan bentuk komunikasi lainnya seperti sikap.
Bahkan orang bijak pernah berkata, "nasihat yang baik adalah tingkah laku yang baik."
"Nasihat adalah mengajak orang lain untuk melaksanakan sesuatu yang mengandung kemaslahatan dan melarang mengerjakan sesuatu yang mengandung kerusakan," Abu Bakr Abdul Qahir ibnu Abdur-Rahman al-Jurjan.
Itu artinya dalam menyampaikan sebuah nasihat kepada remaja memerlukan strategi dan beragam pendekatan.