Mohon tunggu...
Hamdani
Hamdani Mohon Tunggu... Konsultan - Sang Musafir - Mencari Tempat untuk Selalu Belajar dan Mengabdi

Kilometer Nol

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pesan Sayyidina Ali bin Abi Thalib untuk Pemimpin (Bagian Kedua)

31 Maret 2020   18:56 Diperbarui: 31 Maret 2020   18:50 540
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (pexels.com)

"Carilah ilmu dan kekayaan jika Anda memilih cita-cita sebagai pemimpin. Ilmu akan menyelesaikan masalah kelompok orang "khusus" yang Anda pimpin, sedangkan harta akan membantu Anda menyelesaikan masalah kelompok orang umum." (Ali bin Abi Thalib).

Melanjutkan tulisan sebelumnya.
Pesan Sayyidina Ali bin Abi Thalib untuk pemimpin yang kedua adalah:

Milikilah harta.

Mengapa pemimpin harus memiliki harta atau apa hubungan pemimpin dengan harta? Sehingga beliau begitu merasa penting untuk mengamanahkan hal itu.

Harta dalam pandangan agama Islam memiliki nilai yang sangat penting. Karena dengan memiliki harta, seseorang tidak menjadi peminta-minta. Bahkan sebaliknya dia dapat membagikan hartanya kepada orang lain.

Sehingga orang yang memiliki harta diharapkan akan menjadi para dermawan untuk membantu siapa saja yang membutuhkan uluran tangan kita.

Karena itu pula kedudukan tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah. Ini artinya orang yang selalu memberi diumpamakan tangan diatas lebih mulia dari peminta-minta atau dikatakan tangan di bawah.

Sebagai pemimpin tentu saja diharapkan menjadi orang tangan diatas. Dengan harta yang dia miliki dapat membantu orang-orang yang membutuhkan pertolongan.

Kalau pemimpin tidak memiliki harta dikuatirkan mereka akan memakan harta yang bukan milikinya seperti korupsi dan penyelewengan lainnya.

Namun sayyidina Ali ra sendiri ketika diuji dengan pertanyaan  "diantara ilmu dan harta manakah yang lebih utama dan apa dalilnya?" oleh para sahabat, beliau tidak memilih harta tetapi lebih utama ilmu.

Sayyidina Ali ra menjawab dengan tegas dan lugas bahwa "Ilmu lebih utama dari pada harta".

Meski terdapat perbedaan dalam hal dalil atau argumentasi yang disampaikan oleh Sayyidina Ali ra, namun secara prinsip bahwa alasan utama adalah harta dapat menjerumuskan pemiliknya pada ketidakmampuan mengendalikan hawa nafsu. Sebab pengaruh harta dapat membawa pemiliknya menjadi sombong.

Selain itu harta tidak dapat menjaga pemiliknya, justru kita harus menghabiskan waktu dan tenaga untuk menjaga harta kita agar tidak hilang atau dicuri orang.

Berbeda halnya dengan ilmu, walaupun potensi orang untuk terjerumus juga ada, karena orang yang berlimu seringkali merasa dirinya paling baik dan paling hebat dari orang lain. Namun Sayyidina Ali memberi dalil sebagai berikut:

"Orang berilmu itu akan memiliki banyak teman sedangkan orang kaya (berharta banyak) akan memiliki musuh yang banyak", dan "bila ilmu digunakan maka ilmu akan senantiasa bertambah sedangkan harta jika digunakan maka akan berkurang."

Perkataan Ali bin Abi Thalib memang terbukti pada zaman sekarang, tidak banyak pemimpin yang memilih ilmu sebagai modal utama dalam memimpin tapi lebih mementingkan harta. Semakin tinggi posisi pemimpin pada jabatan yang ia pegang maka semakin banyak pula harta yang ia kumpulkan.

Fenomena ini dapat kita lihat misalnya ketika seseorang belum menjabat pada satu jabatan tertentu, harta yang dimliki tidak begitu banyak bahkan boleh dikatakan hidup sederhana. Namun tak lama setelah menjabat jumlah harta dan kekayaan yang dimiliki melonjak naik hingga berlipat. Sementara standar gaji yang diterima semua orang pun tahu. Nah ini kan model pemimpin yang berambisi terhadap harta atau kekayaan.

Padahal yang dimaksud oleh Sayyidina Ali ra bahwa pemimpin haru memiliki harta adalah bagaimana kekayaan yang dimiliki sebelum ia memimpin justru dapat dipergunakan untuk membantu rakyat yang dipimpunnya. Sungguh pemimpin yang seperti itu saat ini langka.

Dalam konteks kepemimpinan Islam mungkin bisa dilihat bagaimana Usman bin Affan ra, Abu Bakar ra, Umar ra dan Abdurrahman bin Auf yang mempergunakan harta dan kekayaannya untuk umat terutama untuk membiayai kebutuhan orang-orang miskin.

Sayyidina Abu Bakar yang menyerahkan seluruh hartanya untuk kemajuan umat Islam. Begitu juga Umar separuh dari hartanya beliau berikan untuk kepentingan orang banyak. Dan yang lebih fenomenal adalah Sayyidina Usman ra yang membeli sumur dari orang yahudi demi untuk memenuhi kebutuhan air bagi umat Islam (Madinah) waktu itu.

Begitulah subtansi pesan Sayyidina Ali bin Abi Thalib kepada pemimpin bahwa sejatinya harta yang dmiliki dapat membantu pemimpin itu sendiri dalam menyelesaikan masalah-masalah kelompok orang banyak. Bukan sebaliknya, tujuan menjadi pemimpin adalah untuk mengumpulkan harta. (*)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun