Meski terdapat perbedaan dalam hal dalil atau argumentasi yang disampaikan oleh Sayyidina Ali ra, namun secara prinsip bahwa alasan utama adalah harta dapat menjerumuskan pemiliknya pada ketidakmampuan mengendalikan hawa nafsu. Sebab pengaruh harta dapat membawa pemiliknya menjadi sombong.
Selain itu harta tidak dapat menjaga pemiliknya, justru kita harus menghabiskan waktu dan tenaga untuk menjaga harta kita agar tidak hilang atau dicuri orang.
Berbeda halnya dengan ilmu, walaupun potensi orang untuk terjerumus juga ada, karena orang yang berlimu seringkali merasa dirinya paling baik dan paling hebat dari orang lain. Namun Sayyidina Ali memberi dalil sebagai berikut:
"Orang berilmu itu akan memiliki banyak teman sedangkan orang kaya (berharta banyak) akan memiliki musuh yang banyak", dan "bila ilmu digunakan maka ilmu akan senantiasa bertambah sedangkan harta jika digunakan maka akan berkurang."
Perkataan Ali bin Abi Thalib memang terbukti pada zaman sekarang, tidak banyak pemimpin yang memilih ilmu sebagai modal utama dalam memimpin tapi lebih mementingkan harta. Semakin tinggi posisi pemimpin pada jabatan yang ia pegang maka semakin banyak pula harta yang ia kumpulkan.
Fenomena ini dapat kita lihat misalnya ketika seseorang belum menjabat pada satu jabatan tertentu, harta yang dimliki tidak begitu banyak bahkan boleh dikatakan hidup sederhana. Namun tak lama setelah menjabat jumlah harta dan kekayaan yang dimiliki melonjak naik hingga berlipat. Sementara standar gaji yang diterima semua orang pun tahu. Nah ini kan model pemimpin yang berambisi terhadap harta atau kekayaan.
Padahal yang dimaksud oleh Sayyidina Ali ra bahwa pemimpin haru memiliki harta adalah bagaimana kekayaan yang dimiliki sebelum ia memimpin justru dapat dipergunakan untuk membantu rakyat yang dipimpunnya. Sungguh pemimpin yang seperti itu saat ini langka.
Dalam konteks kepemimpinan Islam mungkin bisa dilihat bagaimana Usman bin Affan ra, Abu Bakar ra, Umar ra dan Abdurrahman bin Auf yang mempergunakan harta dan kekayaannya untuk umat terutama untuk membiayai kebutuhan orang-orang miskin.
Sayyidina Abu Bakar yang menyerahkan seluruh hartanya untuk kemajuan umat Islam. Begitu juga Umar separuh dari hartanya beliau berikan untuk kepentingan orang banyak. Dan yang lebih fenomenal adalah Sayyidina Usman ra yang membeli sumur dari orang yahudi demi untuk memenuhi kebutuhan air bagi umat Islam (Madinah) waktu itu.
Begitulah subtansi pesan Sayyidina Ali bin Abi Thalib kepada pemimpin bahwa sejatinya harta yang dmiliki dapat membantu pemimpin itu sendiri dalam menyelesaikan masalah-masalah kelompok orang banyak. Bukan sebaliknya, tujuan menjadi pemimpin adalah untuk mengumpulkan harta. (*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H