Mohon tunggu...
Hamdani
Hamdani Mohon Tunggu... Konsultan - Sang Musafir - Mencari Tempat untuk Selalu Belajar dan Mengabdi

Kilometer Nol

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Fenomena Pilpres 2019, Kesesatan Politik Politisi Indonesia

4 Februari 2019   08:50 Diperbarui: 4 Februari 2019   09:21 1180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kolase Jokowi dan Prabowo Subianto (pendidikanpositif.com)

Kehancuran negara bisa dimulai dari kehancuran konsolidasi politik dan demokrasi pada tingkat elit. Konsolidasi yang dimaksud adalah adanya komitmen bersama yang kuat dalam mengawal politik yang didasari pada ilmu politik, dan mengawal demokrasi yang sehat, adil, dan saling menghormati serta penuh toleransi.

Konsolidasi politik dan demokrasi akan terwujud mana kala para elit bersedia menempatkan kepentingan negara dan bangsa jauh lebih penting daripada memperturutkan hawa nafsu kekuasaan dan ngotot mempertahankan kekuasaan oleh segelintir kelompok atau golongan.

Bahkan Arkand Bodhana Zeshaprajna, Doktor lulusan University of Metaphysics International Los Angeles, California, Amerika Serikat yang sudah belasan tahun mempelajari metafisika memprediksi Indonesia akan hancur di tahun 2020 jika tak segera berganti menjadi Nusantara. Menurut Arkand, gejala kehancuran Indonesia bisa dirasakan di tahun ini dan tahun depan.

Pun demikian, apa yang dikatakan Arkand hanyalah sebuah prediksi. Artinya bisa terjadi dan bisa juga tidak terjadi. Dan tentu saja kita harus percaya dan yakin pada niat baik pendiri bangsa terdahulu. Bahwa negara ini akan tetap berdiri kokoh sampai selamanya.

Akan tetapi memiliki keyakinan saja tidaklah cukup. Kita perlu juga bahkan penting untuk menjaga komitmen tersebut dalam tindakan nyata. 

Dan tanggung jawab paling utama ada pada pundak politisi dan pemegang kedaulatan rakyat. Mengapa? Karena merekalah yang meminta kekuasaan dari rakyat untuk mengawal negara ini.

Oleh sebab itu pada poin terakhir dari tulisan sederhana ini adalah, hentikan politik sesat dengan narasi yang menyesatkan. Tumbuhkan pemikiran tentang negara, bangsa, dan masa depan negeri ini dalam setiap wacana dan diskursus yang dibangun. 

Kita bicara tentang kepentingan 300 juta orang, bukan perihal tentang keluarga saudara, bisnis keluarga saudara, bukan pula siapa saudara. (*)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun