Mohon tunggu...
Hamdani
Hamdani Mohon Tunggu... Konsultan - Sang Musafir - Mencari Tempat untuk Selalu Belajar dan Mengabdi

Kilometer Nol

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Walau Tidak Lagi Dimuliakan, Guru Tetap Dibutuhkan

26 November 2018   15:04 Diperbarui: 27 November 2018   16:29 856
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kehidupan guru yang sangat sederhana seperti itu sekalipun, namun tidak membuat mereka abai terhadap panggilan untuk mengabdi mencerdaskan bangsa. Guru tetap konsisten dan ikhlas mengajarkan ilmu bagi murid-muridnya. Sehingga untuk menutupi segala kebutuhannya, guru zaman dulu rajin bertani, beternak, berladang, hingga membuka usaha apa saja.

Lantas apa bedanya dengan zaman sekarang?

Hari ini dunia pendidikan banyak berubah, mengalami berbagai kemajuan di segala bidang. Modernisasi telah memasuki setiap relung urat nadi pendidikan kita. Keberadaan seorang guru pun mulai dianggap tidak penting lagi karena bisa digantikan oleh media yang lain. Mungkin ini dampak negatif bagi dunia guru.

Lihatlah bagaimana anak-anak kita sekarang lebih banyak berinteraksi dengan Tuan Google sebagai gurunya daripada berdiskusi dengan Ibu Aisyah guru pendidikan agama disekolahnya. Perilaku tersebut tidak sepenuhnya salah, namun begitulah kondisi hari ini. Dimana peran guru mulai bergeser.

Disisi lain, tuntutan negara yang demikian besar pada guru. Selain mereka diminta mengajar dengan jumlah jam pelajaran yang sangat melelahkan, juga ditambah dengan urusan-urusan administrasi yang tidak berkaitan langsung dengan proses pendidikan. Sehingga waktu mereka lebih banyak disibukkan dengan urusan yang begitu daripada fokus mengajar.

Belum lagi tingkat kesejahteraan diri dan keluarga mereka yang kurang diperhatikan oleh pemerintah yang berkuasa. Seolah-olah guru adalah manusia super yang bisa bekerja tanpa bayaran yang layak. Akibatnya mereka harus mencari tambahan dengan melakukan pekerjaan lain diluar jam sekolah. Mestinya guru masa kini tidak boleh dibiarkan menderita seperti guru masa lampau.

Tidak sampai hanya disitu. Resiko guru dalam menjalankan profesinya sekarang ini juga sangat mengkuatirkan. Ancaman pidana atau dapat dipidanakan kerap menghantui hari-hari mereka disekolah. Tidak ada jaminan atas keselamatan mereka dari berbagai resiko yang mengancam.

Selain ancaman resiko secara pisik baik dipidana, kekerasan atau penganiyaan oleh murid bahkan termasuk keterlibatan orang tua, juga ancaman secara mental. Guru kini sering menerima ujaran kebencian dan kata-kata tidak pantas baik langsung maupun tidak langsung yang membuat posisi guru tidak lagi dihargai dan dimuliakan.

Bahkan perlakuan tidak senonoh sering diterima oleh guru. Kasus paling mutakhir adalah perkara BN yang diseret ke penjara oleh kepala sekolahnya sendiri, gara-gara rekaman tidak etis yang telah ia terima dari mantan bosnya.

Lihat juga kekerasan fisik yang diterima oleh guru lainnnya diberbagai daerah. Bahkan ada guru yang ditampar dan ditendang oleh wali murid didepan murid-murid yang lain dan membuat guru menanggung malu. Dan masih banyak lagi kasus lainnya yang merendahkan martabat guru. Anda bisa menguliknya sendiri.

Kesimpulannya, pertama, saya melihat guru kita hari ini berada pada kondisi sulit. Secara ekonomi mereka masih belum baik kesejahteraannya meskipun ada guru yang bergaji Rp30 juta. Namun dengan standar gaji PNS yang berlaku saat ini belum menunjang peningkatan kesejahteraan ekonomi guru.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun