Mohon tunggu...
Hamdani
Hamdani Mohon Tunggu... Konsultan - Sang Musafir - Mencari Tempat untuk Selalu Belajar dan Mengabdi

Kilometer Nol

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Mengapa Masih Saja Keliru dalam Mendidik Anak?

25 Juli 2018   10:12 Diperbarui: 25 Juli 2018   18:22 1558
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seorang teman saya yang polisi menceritakan pernah ia menangani sebuah kasus narkoba yang korbannya adalah anak pejabat. 

Dari hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh kepolisian didapati bahwa kasus tersebut ternyata ada hubungannya dengan tidak ada kepedulian orang tuanya. Bayangkan sejak lima tahun terakhir ia tidak pernah duduk semeja dan bicara dari hati ke hati dengan ibu/bapaknya.

Sehingga hampir semua masalah yang dihadapi, ia mencoba menyelesaikan sendiri tanpa ada teman konsultasi. Padahal tidak semua masalah mampu diselesaikan oleh hanya seorang anak saja. Perlu semacam dorongan atau pun nasehat dari orang tua. 

Disisi lain, orang tua pun menganggap bahwa masalah yang dihadapi oleh seorang anak adalah hal sepele, kecil, dan dapat diurus sendiri. Namun bagi seorang anak tidaklah demikian, sekecil apapun masalah, anak ingin orang tua mereka peduli.

Jadi itulah beberapa kekeliruan yang sering terjadi dalam sebuah keluarga, terutama berkaitan dengan proses mendidik anak-anak. 

Belajarlah dengan cepat, terapkan konsep-konsep parenting yang memungkinkan seorang anak menjadi seorang anak yang hebat, beriman dan berakhlakul karimah. Mungkin konsep keluarga Lukman Hakim atau keluarga Ibrahim, As bisa menjadi referensi dalam mengembangkan pola pendidikan anak. 

Semoga kedepan, dunia anak-anak Indonesia menjadi dunia yang menyenangkan. Anak-anak Indonesia bisa menjadi generasi emas yang dilahirkan oleh keluarga-keluarga hebat. 

Buatlah coretan yang dapat membuat seorang anak memiliki garis nasib yang baik dan bebas dari masa depan suram dan gelap. 

Salam.[]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun