Mohon tunggu...
Chaniezs
Chaniezs Mohon Tunggu... Buruh - Pekerja

Hai, aku Chaniezs. Aku seorang pekerja yang mempunyai dua orang anak. Hobi ku adalah membaca. Senang berkenalan dengan kalian.

Selanjutnya

Tutup

Kkn

Danyang Pleret

30 Juni 2024   08:56 Diperbarui: 30 Juni 2024   16:07 141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
KKN. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Jam makan siang yang biasanya riuh menjadi sepi seperti tanpa penghuni. Bahkan ibu RT yang biasanya menyiapkan santap makan untukku- sama sekali tak memperhatikanku yang memegang sendok dan piring, ia bahkan melewatkan piringku hingga waktu istirahat berakhir. Untungnya perut yang biasa terasa lapar tak melakukan demo saat tak diisi.

Waktu berlalu hingga pukul 18.00 salah seorang temanku menghampiri kursi duduk yang selalu ku singgahi.

Akhirnya setelah seharian tak melakukan apapun, mereka membawakan sesuatu untuk ku kerjakan besok harinya- pikirku.

Sayangnya ekspetasiku jatuh saat rekan itu hanya mencengkeram buku catatan kemudian berlalu. Lagi-lagi aku tak melakukan apapun hingga kembali ke kamar yang disediakan warga untuk peserta KKN. Aku berpikir mereka melakukan prank kecil dan akan kembali normal di hari berikutnya. Namun, yang terjadi adalah sebaliknya. 

Aku yang awalnya mencoba lebih giat dan ceria terpatahkan saat melihat tempat duduk yang biasa ku singgahi diisi oleh orang tak dikenal, tak hanya itu, ia membawa beberapa barang dari kamarku dan menaruhnya pada kardus. Dengan amarah aku pergi ke kamar ketua regu, hendak menanyakan apa maksud dari tujuannya, apakah mereka tapi mulutku tercekat saat melihat koperku disodorkan oleh bendahara kepada ketua regu. 

Seketika tulang kakiku lolos, lututku lemas. Tubuhku terjatuh begitu saja. Aku yang tak dapat mendapat jawaban dari mereka, hanya menerima bahwa aku tak lagi dibutuhkan. Detik berlalu begitu saja, aku merasa duniaku runtuh. 

Aku masih tak mengetahui apa salahku? Bagaimana aku bertanya jika mereka tak memperdulikanku? Apa aku harus duduk diam di kamar? Sebaliknya aku menunggu di kamar sampai mereka mau bicara padaku.- pikirku.

Hari demi hari berlalu dengan mimpi mengerikan yang berulang selama beberapa hari. Tak ada satupun orang yang sekedar datang atau bahkan mengetuk pintu kamarku.  Tubuh yang terasa semakin lemah saat tak diberi asupan nutrisi apapun membuatku bingung, aku sama sekali tak merasa lapar dan dahaga seperti manusia pada umumnya. 

Tubuh hanya terbaring saat siang memandang langit-langit kamar yang kini terlihat jelas detail cacat pada kabel yang mulai digerogoti tikus. Saat malam aku membiarkan lampu tetap padam dan memilih memejamkan mata, hari berikutnya terdapat memar baru yang bertambah banyak setiap harinya. 

Hal itu berulang hingga tepat hari ke tujuh. Aku mulai melangkahkan kaki ke luar rumah, tempat yang awalnya terlihat sepi lebih ramai dan hangat. Alunan gamelan jawa terdengar lirih, seakan menunggu kedatanganku, bunga melati bertebaran di seluruh jalan setapak membuat wangi semerbak hingga menusuk hidung. 

Uniknya hal itu tak mengganggu inderaku yang telah lemah. Aku mengikuti jejak tebaran bunga yang sepertinya memintaku untuk menelusurinya, semakin ku melangkah, semakin jelas suara gamelan yang membuatku terlena. Langkah ringan seperti terhipnosis dengan sinden membuatku merasakan kerinduan yang dalam. Tanpa sadar, aku telah berada di tengah pleret desa. Tubuhku terbaring dengan tenang mengambang di antara air yang menenangkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kkn Selengkapnya
Lihat Kkn Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun