Ia membaca permohonan untuk keselamatan warga sembari menyatukan kedua telapak tangannya di dada. Rapalan yang sering dikatakan membuatku mengingat kalimat itu begitu jelas. Beliau selalu menunggu hingga dupa dan kemenyan padam lalu pergi. Namun, hari ini enek tua itu terlihat aneh saat memberi sesembahan.Â
Ia terlihat seperti orang lain, gerakan tangannya cukup gemulai meski wajahnya lebih pucat dari biasa. Tatapan wajahnya saat melihat ke arah ku sedikit membuatku ngeri. Ia bahkan meninggalkan sesaji yang masih lengkap dengan dupa serta kemenyan yang belum dinyalahan begitu saja.Â
Awalnya aku berniat untuk menghidupkan dupa dan kemenyan yang ada dalam piring gerabah. Anehnya, tiba-tiba terasa hembusan angin bertiup membelai tengkukku hingga bulu kuduk mulai meremang. Beberapa kali aku menghidupkan batang korek api yang selalu padam sebelum berhasil mengenai dupa.Â
Entah mengapa hari itu terlihat lebih mendung meski di siang hari. Bodohnya, aku mengambil sesaji yang disediakan lalu melahabnya hingga habis. Entah mengapa keinginanku cukup tinggi dari biasanya.Â
Tubuhku seakan mempunyai naluri lain yang ingin melahab habis sesaji tersebut hingga aku merasa ada sosok yang melihatku dari belakang, tapi aku menghiraukan keganjalan itu dengan terus memakan semua yang ada di piring gerabah, sampai saat gigiku mengunyah kemenyan yang terasa pahit, akhirnya aku dapat menggerakkan tubuhku seperti sedia kala.
Dalam keadaan takut, aku berlari menjauh tanpa menoleh ke belakang, meski masih merasa sorot mata tajam yang memperhatikanku hingga sampai ke balai desa, kaki ini enggan berhenti. Keanehan lain muncul saat berpapasan dengan beberapa warga yang tak dikenal, bukan hanya memiliki wajah pucat, mereka bahkan berjalan dengan tatapan kosong. Langkah demi langkah ku tempu, semakin banyak warga tak dikenal bersikap aneh.
Saat malam tiba, suara hewan malam yang biasa mengisi suasana pedesaan tak terdengar. Hanya rasa mencekam layaknya desa tanpa penghuni tersisa. Rumah warga terlihat lebih gelap lantaran lampu rumah sengaja tak dinyalakan penghuni. Pintu tertutup rapat tanpa mengeluarkan suara sedikitpun. Suara langkah kaki serta gesekan kecil mengenai rerumputan membuat suara nyaring yang sedikit melegakan.
Lingsir wengi
Sepi durung biso nendro
Kagodho mring wewayang ngreridhu ati.³
Dering ponsel genggam bermuara pada saku celana panjangku membuat jantung berdegub. Jari jemari bergetar saat ku coba meraihnya. Keringat dingin meluncur dari pelipis hingga ke dagu.Â