Negara merupakan organisasi kekuasaan pemerintah yang hadir sebagai alat untuk mengokomodir segala kepentingan manusia di dalamnya tanpa terkecuali, manusia sebagaimana dipaparkan oleh sokrates merupakan manusia politik, dalam tradisis historis yunani kuno yang pada awal mulanya telah mengenal negara dalam bentuk yang sederhana yaitu polis state (pemerintah kota), waktu berlalu manusia memulai sejarah hidupnya dari zaman batu (masyarakat primitif) melompat sampai kapitalisme negara hari ini.Â
Sudah menjadi hukum sejarah bahwasannya setiap pemimpin yang tangannya bersimpah darah akan selalu melahirkan generasi yang menghunus pedang, pengekangan terhadap kebebasan, penindasan, perampasan hak, eksploitasi manusia oleh manusia akan melahirkan suatu resistensi dan perlawanan dari yang tertindas, meskipun dimanipulasi dengan segudang mitos, pidato romatik, narasi puitis, monopoli kebenaran, dogma, sebab ketertindasan dan kelaparan rasanya tetaplah pahit, soal perlawanan atas ketertindasan ini merupakan suatu kebenaran sejarah, hanya soal waktu cepat atau lambat sejarah itu akan tiba.Â
Jangankan manusia yang berfikir, hewan pun akan melawan bila dia ditindas, apalagi manusia yang berpikiran rasional. Kurang lebih demikian bila kita menggambarkan secara sederhana dari suatu bangsa, kekaisaran, ataupun imperium dunia manapun.
Abad pertengahan yang dalam perspektif karl marx dianggap sebagai zaman caos dimana ilmu pengetahuan masih muda seiring feodalisme dan gereja makin represif sesungguhnya memberikan bahaya laten bagi kekuasaanya sendiri, kurang lebih dialektika material ini digambarkan marx dari fakta sejarah bahwa feodalisme sebagai tesis, kapitalisme borjuis hari ini adalah antitesis dan sosialisme sebagai sebuah cita-cita dan khayalan adalah sintesisnya.Â
Seperti yang diuraikan penulis diatas kita belajar dari represifitas feodalisme abat pertengahan pada akhirnya memunculkan semangat kelahiran aliran pemikiran filsafat politik yang melawan dan menegasikan segala kebenaran tunggal gereja yang pada awalnya dianggap mapan dan diterima secara dogmatik oleh rakyat, muncul manusia-manusia yang mencari suatu konsep sistem dunia baru yang lebih manusiawi, yang selanjutnya hasil dari relasi kelas sosial yang semakin tajam tersebut melahirkan aliran-aliran misalnya individualisme dengan demokrasi liberalnya maupun sosialisme dengan komunismenya.
Yang menjadi pertanyaan mendasar, sudah berbagai percobaan dan konsep maupun sistem negara telah di bentuk dan diterapkan di dunia, demikian juga negara Indonesia, akan tetapi persoalan seputar kemiskinan, penindasan, pelanggaran ham, perampasan ruang hidup, maupun ketidakadilan masih riuh diperdebatkan oleh umat manusia dan dicarikan solusi penyelesaiannya, baik oleh para pakar ahli, akademisi, politisi maupun masyarakat umum, terkhususnya kalangan kaum muda mudi.
Namun bila kita melihat fakta realitas hari ini, agaknya cukup dilematis bahwa kemiskinan dan penindasan masih mengakar di akar rumput, apakah bangsa ini krisis moral sosial, kepada para manusia Indonesia, wabil khusus pemerintah apakah lupa diri bahwa bangsa ini dibangun diatas bangkai manusia yang tidak berdosa, mengalir darah di setiap sudut negeri ini.Â
Kemiskinan dan Ketidakadilan bukanlah suatu sebab yang jatuh dari langit, ataupun yang lahir dengan begitu saja tanpa sebab, orang-orang yang meyakini hal demikin patut diduga bahwa isi kepalanya adalah tai semata. Sebab, semua yang terjadi dibawah kolom langit mempunyai sebab akibat, semua yang terjadi dibawah kolom langit ini baik itu penindasan, kemiskinan, ketidakadilan merupakan buah dari aktifitas keserakahan manusia yang tidak bermoral, manusia yang telah buta nurani kemanusiaannya, sehingga atas nama apapun segala bentuk penindasan eksploitasi terhadap manusia yang menghilangkan harkat dan martabat kemanusiaan harus dilawan.
Berbicara negara Indonesia yang sudah 77 tahun menikmati kemerdekaanya secara politik (kemerdekaan buat segelintir elit), yang dulu diperjuangkan beribu tahun lamanya sampai hari ini masih terlalu banyak persoalan yang belum mampu diatensi oleh negara, mulai dari KKN hingga pelanggaran HAM, kemiskinan, perampasan ruang hidup, oligarki dalam partai politik, dll.. berkali-kali pergantian rezim namun sampai detik ini para petingginya yang hidup masyur bergelimang harta diatas bangkai manusia lapar rakyat kecil, kemerdekaan ini hasil daripada buah perjuangan keringat dan darah manusia Indonesia yang telah mati.Â
Orang-orang yang hari ini duduk dibangku kekuasaan, tidak sedikit yang bermoral hewaniah, mereka lupa atau pura-pura lupa akan perjuangan kemerdekaan, mereka yang telah kita titipkan nasip rakyat dalam momentum pemilu, ini bukan persoalan yang baisa aja, bila kita menganggap diri kita seorang yang mencintai NKRI, apalagi klaim pancasilais, maka kita harus sepakat bahwa tidak boleh ada satupun manusia yang kelaparan di indonesia, tidak ada manusia indonesia yang dirampas haknya, itu merupakan persoalan kita bersama, wabil khusus negara dalam hal ini pemerintah, sejatinya negara dibentuk untuk melindungi segenap bangsa indonesia dan seluruh tumpah darah indonesia, sesuai dengan amanat konstitusi.
Tidak berlebihan bila saya berasumsi bahwa hampir seluruh lembaga di negara ini bermasalah, KKN dan pelanggaran HAM, perampasan ruang hidup, kemiskinan, kebodohan dll... memang berjuang menciptakan masyarakat yang adil dinegara ini merupakan persoalan yang sulit, namun sulit bukan berarti tidak mungkin untuk dilakukan, berbicara soal keadilan maupun kemanusiaan saya pikir tidak perlu membaca buku segudang dan pandai berpidato baru kita bergerak, sebab bicara kemanusiaan itu satu bukan sektarian.Â
Untuk menolong rakyat kecil yang tanahnya dirampas negara tidak harus memandang kita dari suku, ras atau agama apa, tapi cukup kita sebagai manusia, perasan batin sebagai manusia akan mendorong kita untuk gerang menolong nya, hewan pun bila ditindas akan melawan, apalagi manusia yang berpikir bila tidak melawan ketika di tindas merupakan ketololan yang hakiki dan dia tidak lebih rendah dari seekor binatang.
Sejarah perkembangan masyarakat negara bangsa di dunia selalu ditandai oleh gerakan sosial maupun revolusi sosial, demikian juga negara Indonesia ini di bangun hasil dari gerakan sosial, akibat dari kediktatoran penguasa maupun pemerintah kolonial yang tidak manusiawi, yang beratus tahun di tindah oleh imperialisme beberapa negara, yang paling lama negara imperialisme belanda dan terakhir negara fasis jepang, namun pada akhirnya oleh kegigihan dan Kekonsistenan para Founding father berakhir pula imperialisme belanda.Â
Dari perjuangan panjang para tokoh pendiri bangsa dan rakyat Indonesia kita belajar banyak hal, dan yang paling penting menurut anggapan penulis bahwa tidak ada penindasan di dunia ini yang absolut, sekuat apapun penjajah dengan segala kekuatan perangkat lunak maupun perangkat kerasnya pasti akan mampu dilawan. Melawan bukan berarti diam ditempat, tetapi gerak baca diskusi aksi!
Merubah tatanan sosial yang diskrimatif memanglah tugas yang berat dan sulit, namun sulit bukan berarti tidak mungkin untuk di lakukan, apalagi indonesia sebagai manusia yang dominan berketuhanan tidak ada ajaran ketuhanan manapun yang membenarkan bagi manusia untuk hidup dalam rasa pesimisme, bahwa seluruh persoalan yang terjadi di bawah kolom langit ini adalah urusan makhluk yang berfikir dalam hal ini adalah manusia, sehingga tidak tunggal dan mesti bisa di rubah.Â
Berbicara soal kemiskinan, manusia sebagai pelaku sejarah, bila diintrodusir dan di pahami secara menyeluruh terhadap relasinya dengan negara, sebagai subyek yang paling primer harus dicek kesadaranya, sudah sepantasnya kita merefleksikan diri atas gejala kemiskinan dan ketidakadilan yang terjadi pada negara ini dan kita arahkan pandangan kita atas persoalan yang menjadi sebab dari segala bentuk eksploitasi manusia atas manusia ini?Â
Opini ini pada prinsipilnya mengajak mahasiswa untuk mengarahkan perhatian kita bersama pada fungsi sosial kita sebagai manusia, perhatian pada persoalan ketidakadilan di negara dan kecongkakan para penguasa di negeri ini, saya menyerukan kepada seluruh rakyat, buruh, petani, dan kaum miskin kota, wabil kuhsus mahasiwa, mahasiwa yang katanya sipaling aktivis dan mengerti persoalan negara, orang yang mengaku diri sebagai intelektual yang memiliki banyak waktu untuk belajar dan paling dominan mengembang fungsi sosial dan mengemban amanat penderitaan rakyat, mari kita BERGERAK!
Mahasiswa sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari proses sejarah sudah sepantasnya ikut ambil bagian dari proses sejarah bangsa ini, 77 tahun Indonesia merdeka namun berbagai problem pada bangsa ini masih akut dan tidak pernah selesai di tuntaskan oleh rezim ke rezim, Indonesia sebagai negara demokrasi secara sederhana dapat dipahami bahwa seluruh kerja pemerintahan baik eksekutif legislatif dan yudikatif dibawah kontrol langsung rakyat, dimana rakyat dapat ikut berpartisipasi secara langsung dan tidak langsung, demokrasi dapat diistilahkan sebagai sebuah akuarium dimana rakyat dapat memantau secara langsung maupun tidak langsung kerja pemerintahan di dalamnya, maka bila ada lembaga pemerintahan yang eksklusif, akan dapat berpotensi melahirkan korupsi maupun konspirasi, demokrasi yang beru dilaksanakan masih sekedar demokrasi prosedural bukan demokrasi substansial.Â
Beberapa indikator yang dapat di lihat bisa kita cek dari pemimpin sebelumnya, masalah KKN yang menjamur, sementara reformasi sudah berjalan 24 tahun dan masalah KKN belum mampu diselesaikan di negara ini, sehingga sangat benar bila kita menganggap hari ini dengan begitu banyak partai politik pun tidak ada satupun yang totalitas men diskursus kan persolan rakyat ataupun yang menjadi representasi rakyat, dengan penetapan Presidential Treshold bagian dari cara oligarki dalam negara ini melanggengkan kekuasaanya, sementara masih banyak negarawan di negara ini, orang-orang yang memiliki kapasitas mumpuni untuk memimpin bangsa ini di bekliss dari percaturan pilpres sebab tidak mendapatkan rekomendasi legislatif 15 persen kursi dan 20 persen suara sah, orang-orang itu saja yang menguasai, ini merupakan oligarki yang mengancam demokrasi rakyat, kita belajar dari pilpres 2019 hanya ada dua calon tunggal presiden, ini merupakan ancaman terhadap demokrasi dan berpotensi melahirkan kekuasaan yang sentral, pemimpin yang lahir pada kenyataanya melahirkan para pengikut yang fanatik dan pada pihak yang lain dicaci secara ekstrim, lahir polarisasi yang membawa pada konflik horizontal antara rakyat, sehingga rakyat hanya menjadi korban dari kenafsuan para penguasa dan kemunafikan politik.
Sekali lagi mari kita membuka mata, begitu tampak kemiskinan akibat dari kapitalisme yang berkomplot dengan oligarki di negara ini, hanya sejengkal jarak antara gubuk si miskin dan gedung si kaya, hanya manusia dengan moral sampah yang membenarkan atau menganggap biasa aja terhadap seorang manusia berpesta pora dengan kegelimpahan harta dan sajian makanan yang enak sementara tetangganya menderita kelaparan. Posisi mahasiswa sebagai pengontrol kebijakan negara sudah selayaknya bergerak, kaum muda tidak boleh kehabisan akal, apalagi gerak tiba saat tiba akal, untuk membedah segala kontradiksi-kontradiksi sosial yang terjadi, untuk merubah tatanan sosial, mahasiswa jangan sampai krisis bacaan dan konsep, krisis diskusi dan berdialektika, mahasiswa harus sadar, ketika kita penyerahan total menitipkan sepenuhnya nasib pada pemerintah itu merupakan kekonyolan ditengah bobroknya lembaga negara hari ini, apabila mahasiswa mulai apatis dan malah bertanya, krisis bacaan, krisis konsep, krisis diskusi, jalanan mulai hening dari gerakan sosial, yakin dan percaya kita akan menjadi korban dari keputusan sepihak kekusaan congkak negeri Indonesia ini.Â
MAHASISWA, Gerak Melawan Atau Diam Ditempat Menunggu Ditenggelamkan Oleh Sejarah !!!
Oleh:Bung Jun
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H