Suatu saat ada penjaga yang masuk keruang penyiksaan dengan membawa obor, diletakkanya obor disamping sang lilin, kemudian penjaga keluar lagi dari ruang penyiksaan meninggalkan obor itu.
Sang obor menyapa sang lilin :
“Assalamualaikum’’
Lilin tak menjawab, sang obor mengulangi salammya :
O : Assalamualaikum, wahai saudaraku siapakah namamu ?
L : Wa’alaikumsalam, namaku lilin bukankah engkau sang obor ?
O : Iya nama saya obor, kenapa saudara terlihat bersedih hati “ koyo wong lagi nandang sengkolo ?”
L : Aku ingin sepertimu obor bisa pergi kemanapun, di pakai untuk penerang orang-orang, bukan berdiam disini melihat kekejihan. Engkau bisa berkeliling melihat isi dunia, melihat berbagai macam peristiwa, sedih, senang, melihat berbagai macam wajah, benda, mahkluk, engkau mengetahui apa yang tidak aku ketahui karena engkau mendapatkan ilham dilahirkan sebagai obor, sedangkan aku, aku hanya lilin yang tidak mungkin pergi keluar untuk melihat dunia, berada didekat cendela saja aku pasti akan mati tertiup angin. Hidupku datar-datar saja tanpa arah dan tujuan, akupun tak mengerti apa tujuanku dilahirkan dan ditempatkan di sini. Kadang aku merasa iri, tidak adil, benci, sakit, bahkan sesegera mungkin meminta untuk dipadamkan. Apakah aku salah jika aku menginginkan menjadi seperti lainya ?
O : (sambil tersenyum obor berkata)
Mungkin pertemuan ini takkan lama saudaraku dan mungkin ini adalah takdir dari Yang Maha Kuasa agar kita bertemu dan saling bertukar pikiran.
Engkau tidak bersalah apa-apa saudaraku, Cuma kurang tepat keinginanmu itu.