Ulat buahpun kembali berbicara :
“ Kenapa kau menjatuhkanku wahai pemuda, jangan takut, aku di titahkan untuk menasehatkan suatu hal kepadamu, mendekatlah karena ini adalah amanatku’’
Sambil ketakutan dan gelisah sang pemuda menuruti perintah sang ulat.
“Duduklah pemuda, jangan takut dan jangan gemetar, sebutlah nama Tuhanmu agar engkau merasa tenang, karena Dia Maha Pemilik dan Penguasa Hati.
Jangan hanya engkau lihat jasadku yang hina ini, hidup pada sesuatu yang busuk, namun lihatlah apa yang di titahkan kepadaku karena ini datang dari Tuhan Yang Esa.
 Dengarkan baik-baik kisah dan nasehat ini :
Suatu ketika ada sebuah lilin yang hidup sebatang kara di sebuah ruangan dalam istana, ruangan untuk  menghukum yang bersalah. Lilin yang sedang gundah gulana dan bersedih hatinya, melihat kekejihan yang selalu terjadi.
Lilin yang baik hati tak tega melihat penyiksaan yang terjadi setiap hari. Lilinpun menangis, memberontak dalam batinnya, merasa tak bisa apa-apa, merasa bersalah karena ikut membantu memberikan cahaya pada saat penyiksaan.
Benar-benar tersiksa batinnya setiap hari, ingin melarikan diri saja rasanya
Sesekali berfikir ingin menjadi lilin penerang di balai pertemuan kerajaan, atau menjadi lilin di ruang makan keluarga kerajaan, atau menjadi lilin di ruang pasangan, bukankah lebih bermakna hidupku, guman sang lilin.
Setiap hari batinnya bergejolak, sampai-sampai mati rasa, tak ada apa-apa rasanya