Terlebih di bangku cadangan, Warriors masih punya guard senior Atlanta Hawks Butch Beard, Mullins (yang kelak pensiun di musim-musim berikutnya) serta point guard yang jago mengatur tempo ketimbang menembak Phil Smith, yang bisa dimainkan untuk memberikan kebebasan Rick Berry untuk mengatur serangan termasuk lewat tembakan serta umpan-umpan tajamnya.
Meski komposisi intinya masih sama, tanpa kehadiran pemain berpengalaman dari bangku cadangan, agak sulit bagi Warriors untuk berkembang. Terlebih Warriors sedikit berjudi dengan mendatangkan center raksasa Robert Parish (yang kelak menggser posisi Ray ke power forward), yang rada kurang cocok dengan tempo permainan Warriors.
Tidak heran, beberapa musim kemudian, Warriors rela menukar Parish dengan draft pick yang kelak digunakan untuk memilih Carroll. Menengok sejarah, kita tahu bagaimana pengaruh trade ini bagi Boston Celtics, di mana Parish kelak merengkuh beberapa cincin juara bersama tim barunya tersebut.
Terlepas dari dampak perpindahan Parish ke Celtics yang sama sekali tidak diduga Attles, permainan ala Carroll, Barry, dan Arenas-lah yang kurang lebih diharapkan penonton setia Warriors sejak lama, terutama yang akrab dengan permainan Barry.
Terlebih proyek “we believe” yang dicanangkan Cohan dengan mendatangkan duo Indiana Pacers dengan mendatangkan center petarung Al Harrington dan forward tajam Stephen Jackson (bertukar seragam dengan Dunlevey dan Troy Murphy) dan Baron Davis, yang dipadukan dengan beberapa pemain muda seperti idola para pemain muda Warriors seperti guard lincah Monte Ellis, forward petarung Michael Pietrus, dan Matt Barnes rasanya kurang nendang meski dilatih oleh Don Nelson lagi.
Channel: 1982and0
Berbekal mayoritas pemain yang nyaris semuanya bisa nyeruduk dan nembak, permainan Warriors justru terasa aneh lantaran nyaris semua pemain yang memegang bola seolah dipaksa memasukkan bola. Permainan sedikit lebih mengalir ketika bola ada di tangan Jackson atau saat Matt Barnes masuk karena keduanya, berusaha berpenetrasi dulu untuk membuka ruang buat pemain lain.
Dengan beberapa beberapa proyek yang kurang begitu berhasil, Cohan akhirnya melepas Warriors ke Joe Lacob, yang juga punya afiliasi langsung dengan teknologi baru Silicon Valley.
Bukan hanya membangun tim yang beroientasi pada guard, termasuk dengan berjudi memilih rookie Steph Curry, yang berbakat namun rentan cedera, Lacob juga menginvestasikan dananya untuk memastikan Curry lebih bugar, termasuk dengan mendatangkan staff medis yang mengajarkan Curry untuk memperkuat fondasi tulang belakang, serta tidak terlalu menitikberatkan berat tubuh pada pergelangan kaki, melainkan pada pinggul. Selain itu, Curry juga melatih pernafasan diafragma, untuk menurunkan denyut jantung (agar nafas Curry tidak mudah habis saat terus bergerak), dengan menindih perut dengan karung pasir saat berbaring.
Trik sederhana yang perlu mendapatkan panduan ahli kesehatan untuk bisa diterapkan awam ini, tentu saja belum seberapa dengan sistem yang dibangun Lacob untuk menjadikan Warriors seperti sekarang ini.