Mohon tunggu...
Candra Permadi
Candra Permadi Mohon Tunggu... Penerjemah - r/n

r/n

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Pilihan

Orlando Magic, Tujuan Para Raksasa NBA

27 Desember 2022   23:18 Diperbarui: 27 Desember 2022   23:17 1300
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Shaq, Banchero, Howard (Marca)

Sayang saat diperkuat Vucevic, entah kenapa Magic rajin berkutat di peringkat 13-15 wilayah timur, meski di atas kertas komposisi Magic tidak selamanya buruk.

Musim 2015/16 misalnya, mereka diperkuat playmaker berjambul eh bertenaga seperti Elfrid Payton, scorer Victor Oladipo (yang memang belum sematang sekarang, terutama dari segi timing dan akurasi,  sewaktu di Indiana Pacers), shooter asal perancis Evan Fournier, Vucevic, serta forward tangkas yang mereka draft tahun 2013 di urutan no. 4 Aaron Gordon.

Tidak ada yang salah dengan ball movement mereka. Setidaknya di era tersebut, umpan antar pemain di area tiga angka termasuk keren. Gaya permainan tersebut masih dipertahankan pada  musim berikutnya di mana peran Oladipo diisi Terrance Ross (no punggung 31) atau bahkan Serge Ibaka

Channel: HNB Media 

Offense Magic emang menjanjikan. Saking menjanjikannya, Magic bahkan sempat memenangi delapan dari 12 game pertama pada musim 2017/18. Terutama saat akurasi Gordon meningkat tajam. Sayang, tim ini seperti nggak berniat menutup ruang gerak pemain lawan saat bertahan. Pertahanan mereka terlalu mudah ditembus ketika serangan pemain lawan dimulai dari area tiga angka (bahkan sampai musim lalu. sekarang sih jauuuh lebih baik klo melihat statistik 30 tim), meski di atas kertas mereka punya banyak big man yang punya kaki lincah untuk menutup ruang gerak dan siap mengeblok bola di bawah jaring (juga bahkan sampai sekarang)

Tidak heran, pada musim tersebut mereka lantas menderita sembilan kekalahan beruntun, meski komposisi pemain tidak berubah. Bisa dibilang Magic lebih suka menghibur penonton, tanpa terlalu mementingkan pertahanan.

Terlebih, meski punya beberapa rookie potensial seperti Mo Bamba, Wes Iwundu, dan Jonathan Isaac yang dari posturnya aja udah keliatan tangkas dan jago lompat, pemain Magic seolah tidak ingin mengasah skill lain, misal akurasi tembakan atau permainan yang nggak selalu mengandalkan kekuatan fisik dan umpan tajam. Belum lagi, pemain seperti Isaac termasuk rentan cedera. Tercatat meski sudah bermain selama lima musim, praktis Isaac sudah tidak bermain selama dua musim.

Prestasi terbaik Magic era Gordon Vucevic sendiri terjadi pada musim 2018/19 dan semusim selepasnya di mana di bawah asuhan Steve Clifford yang lebih banyak dikenal sebagai pelatih Hornets era Jordan termasuk musim ini, berhasil tampil keren dan nangkring di posisi 7, berbekal pemain yang relatif sama dengan musim 2018, hanya saja  posisi Payton diisi playmaker mungil serbabisa DJ Augustin. Sayang di babak play off, mereka kandas di putaran pertama ketika bertemu Toronto Raptors.

Musim berikutnya, entah kenapa Magic makin terasa seperti tim yang senantiasa memberi kesempatan kedua pada pemain yang sempat dianggap potensial (bahkan sampai musim ini). Setelah musim sebelumnya diperkuat Michael Carter Williams, musim 2019/2020, Magic mulai diperkuat Markelle Fultz yang penampilannya mulai membaik (meski kurang bertenaga atau setidaknya cepat dan lincah seperti tren NBA belakangan), dan musim berikutnya RJ Hampton yang gaya bermainnya sempat digilai netizen budiman saat masih berkuliah (karena tangkas, lincah, dan punya finishing bagus di berbagai area).

Seingat saya, salah satu prestasi terbaik Magic saat itu adalah dua kali mengalahkan Lakers di babak reguler, dengan memanfaatkan tinggi tubuh dan kekuatan fisik pemain Magic. Bisa dipahami, Lakers yang kala itu memang memfokuskan serangan di bawah jaring lewat tusukan lebron, menemukan kryptonite-nya yaitu para pemain yang tidak terlalu niat meredam serangan dari area tiga angka, tapi sigap mengeblok bola. Terlebih musim tersebut mereka diperkuat Wes Iwundu.


HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun