Mohon tunggu...
Candra Permadi
Candra Permadi Mohon Tunggu... Penerjemah - r/n

r/n

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

"Unsung Cinderella", Kisah Seorang Pharmacist (Apoteker) Rumah Sakit

17 Agustus 2020   18:05 Diperbarui: 18 Agustus 2020   10:18 977
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Penjelasan yang terkesan panjang ini ternyata hanya memakan waktu tiga sampai empat menit saja di depan layar kita. Tiga sampai empat menit itu pun baru awal cerita, yang mengantarkan kita ke cerita seru yang sebenarnya

Cerita Midori Aori-san, yang mendapat protes dari para dokter yang menangani pasien karena dinilai terlalu sering kelewat batas, termasuk ketika memberi saran untuk menangani ibu hamil yang mengalami HELLP syndrome (gangguan organ hati dan darah saat kehamilan).

Kebetulan,  Aoi-san yang  malam itu sedang berada di kantor, mendapat telpon dari dokter jaga. Dokter jaga tadi meminta obat lain lantaran paracetamol dinilai tidak bisa meredakan sakit kepala pasien yang sedang hamil tadi.

Aoi-san pun bertanya gejala yang dialami ibu tadi agar bisa memberikan obat yang tepat.

Dokter jaga tersebut mengatakan kalau pasien tadi bukan hanya mengalami pusing, tapi juga  mual dan penglihatannya pun tidak nyaman.
Mendengar penjelasan tadi, dengan sigap Aoi-san meluncur dari kantornya dan berinisiatif meminta dokter jaga memanggil dokter kandungan yang merawat pasien dan  meminta agar pasien tersebut diberi infus.

Belum sempat memberikan infus, dokter kandungan yang dimaksud keburu datang. Kita sendiri bisa menebak reaksi dokter tadi, apalagi Aoi-san menyarankan dokter tadi memberikan magnesium sulfat untuk mengurangi kejang ibu tadi.

Kita sendiri paham ujung kasus yang satu ini, namanya juga fiksi #eh. Meskipun begitu, Aoi-san tetaplah disidang karena dinilai lancang.

Dokter yang bertanggung jawab terhadap pasien yang bersangkutan merekomendasikan agar Aoi-san membuat semacam permohonan maaf tertulis. Menariknya yang satu suara dengan dokter kandungan tadi bukan cuma satu, tapi beberapa.

Melihat situasi tidak memihak departemen farmasi, atasan Aoi di departemen farmasi mengambil resiko berani.

Ia mengatakan pada dokter yang bersangkutan, ketimbang meminta Aoi-san bikin surat permohonan maaf, kenapa tidak diskors saja sekalian. 

Saran yang terbilang berani, mengingat apabila saran tersebut dipenuhi, bukan cuma departemen farmasi yang rugi, tapi juga para dokter yang sudah terbantu ulah Aoi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun