Mohon tunggu...
Camytha Octa
Camytha Octa Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Analisis Novel Ayahku (Bukan) Pembohong

24 Februari 2018   16:53 Diperbarui: 24 Februari 2018   17:12 6404
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

"Aku menelan ludah, terdiam sejenak, kehabisan seruan apalagi pertanyaan." (hlm. 16)

Novel Ayahku (Bukan) Pembohong menyajikan cerita masa sekarang, masa lalu, kembali lagi ke masa sekarang, berlanjut ke masa lalu, begitu seterusnya. Alur campuran pada novel ini bisa dilihat dari kutipan berikut.

"Sulungku terdiam sesaat, hendak membantah, tetapi akhirnya mengangguk-angguk, berlari meninggalkan ruang kerjaku.
Aku kembali ke Akademi Gajah esok harinya. Ayah beserta Ibu mengantarku ke stasiun, tetapi Ayah tidak banyak bicara." (hlm. 194-195)

Kutipan tersebut menunjukkan bahwa anak sulung Dam, Zas, bertanya kepada Dam tentang kebenaran dari cerita ayah Dam, kakek Zas, dan kalimat selanjutnya menceritakan kembali masa SMP Dam.

Latar tempat yang diceritakan di dalam novel ini adalah sekolah Akademi Gajah, rumah Ayah, rumah Dam, dan kolam renang, perpustakaan, dan pemakaman. Dam menghabiskan 3 tahun masa remajanya jauh dari orangtua, yakni bersekolah asrama di sekolah Akademi Gajah.

"Malam kesekian di asrama, kamarku dan Retro disesaki teman-teman." (hlm. 125)

Rumah Ayah dan rumah Dam adalah tempat dimana sang Ayah selalu menceritakan kisah hidupnya, kepada Dam, anak-anak Dam, dan istri Dam.

"Hujan mulai reda, ruang keluarga kami." (hlm. 107)

Sejatinya Dam adalah anak yang berbakat dalam berenang. Dengan hal ini tentu kolam renang adalah sahabatnya.

"Kolam renang kota ramai oleh anak-anak. Beberapa di antaranya teman sekolahku. Orangtua dan penonton lainnya duduk di tribun, mengembangkan payung besar warna-warni." (hlm. 23)

Dam sangat menyukai menggambar sketsa bangunan. Menurutnya perpustakaan adalah salah satu bangunan yang menarik di sekolahnya. Bahkan ia rela dihukum membersihkan perpustakaan hanya untuk mencapai keinginannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun