Acara debat yang serba formil, mestinya ke depan bisa dicipta lebih menghibur. Tak usah mengikuti model debat di luar sana, termasuk debat pilpres di Amerika misalnya – yang sangat formil. Ke depan, penyelenggara bisa memasukkan sisi hiburan di dalamnya. Ruang waktu untuk pariwara, dapat dipakai dengan perform band live misalnya. Atau, penampilan stand-up comedy yang memparodikan cara bicara atau gaya khas para paslon umpamanya, why not? Atau juga, ada saat-saat dimana para timses dan pendukung masing-masing paslon dapat memamerkan yel-yel uniknya. Dan materi hiburan itu baiknya ditayangkan live, tidak diputus oleh stasiun TV yang menyiarkan ketika ada transisi sesi debat.
Acara debat yang serba serius akan lebih mencair dan menghibur semua kalangan jika seorang perempuan berkapasitas seperti disebutkan di atas, piawai memandu jalannya acara. Maka, para pemilih pemula di DKI, yang dalam pilkada kali ini berjumlah lebih dari 700 ribu orang, dan para swing voters akan gagal fokus terhadap urusan lain, dan cuma fokus pada acara formil bernama: DEBAT PILKADA DKI. Dengan begitu, keseluruhan prosesi Pilkada, menjadi acara hiburan dan pesta rakyat sesungguhnya.
Jika pihak penyelenggara mau bekerja sama dengan tim kreatif hebat, acara debat apapun bisa jadi kaya isi. Esensi debat padat, hiburannya dapat, semua kalangan pun (yakin) puas amat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H