Mohon tunggu...
calvyn toar
calvyn toar Mohon Tunggu... Administrasi - Give what you can, cause you only live once!

businessman, seo master, content creator | driven by heart

Selanjutnya

Tutup

Money

Indonesia Tanpa Google, Siapkah?

9 Januari 2017   03:55 Diperbarui: 9 Januari 2017   05:47 708
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
google dan kita saling membutuhkan (via dayvandi.com)

Sekian tahun kita hidup dengan Google dan aplikasinya. Semua bisnis berbasis internet kita bergantung banyak pada Google. Termasuk ketergantungan pada OS Android, milik Google, yang tertanam di kebanyakan smartphone milik kita, sejak 5 tahun lalu – saat dimana Google berhasil menggusur OS Symbian, milik Nokia – yang dalam tempo kilat, membungkam raksasa ponsel asal Finlandia itu. Nah, siapkah kita ndak pake Android dengan segala kelebihannya itu?

google dan kita saling membutuhkan (via dayvandi.com)
google dan kita saling membutuhkan (via dayvandi.com)
Ini persoalan dilematis. Di satu sisi kita masih butuh (bahkan tergantung) dengan Google, tapi di sisi lain, ia harus mematuhi aturan di Indonesia, dengan segala konsekuensinya. Nah, ANDAI Google bersikeras tidak tunduk-patuh pada pemerintah Indonesia, dan karena itu memilih melawan, maka akan menjadi panjang urusannya. Apalagi, jika ia memilih hengkang atau lalu diblokir pemerintah, sebagai langkah paling pahit – apa mau dikata?

Saya berharap, pihak Mr G, dapat membayar kewajibannya. Sebesar apapun kewajiban yang dibayarkannya, (dalam logika sederhana) itu dapat dengan cepat diraihnya lagi dalam tempo secepat-cepatnya kok… Apalagi, nyaris 100 persen negara di dunia dimana Google beroperasi, masih menjadi penyuplai terkumpulnya miliaran dolar Amerika bagi Google Inc, yang bermarkas pusat di Mountain View, California, Amerika sana.

Lima tahun beroperasi di Indonesia, ditandai dengan kehadiran kantor perwakilannya, sudahlah cukup untuk kini Google memenuhi ‘sedikit’ kewajibannya bagi negeri ini. Nilai yang akan dibayarkannya sekarang memang menjadi besar, karena sudah terakumulasi pokok dan sanksi keterlambatan – apabila nanti sudah dibayarkan tahun ini, kewajiban bayar di tahun pajak berikutnya tentu akan menjadi lebih kecil.

Meski terlihat tak mudah melawan raksasa Google. Demi wibawa pemerintah, etika dan keadilan perpajakan, serta harga diri bangsa, tahun ini mestinya kasus pajak Google harus tuntas! Syukur-syukur, dengan win-win solution.

Sekali lagi, andai pil pahit yang harus ditelan, baik oleh Google dan Indonesia, itu pertanda, mau-tidak mau, saatnya Indonesia mandiri dalam bidang informasi-telekomunikasi dan digitalisasi. Dengan tata kelola yang baik, kuat dan transparan dari pemerintah, serta didukung oleh para pakar serta masyarakat luas, kelak Indonesia bisa keluar dari bayang-bayang Mbah Google, sebagaimana China – revolusi industri termasuk digitalisasi, tak jarang melahirkan pemain baru yang kemudian membesar, ketika apa yang lama mati.

sumber

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun