Konsep lean juga terlihat jelas pada pemunculan karakter. Coba perhatikan, berapa banyak kaiju kaiju lawas yang muncul kembali. Bahkan Ultraman jaman Showa tak jarang hadir kembali dengan anggun dan gagah. Ini adalah optimasi asset.Â
Optimasi yang berujung pada efisiensi atau cost sharing. Malahan, beberapa kaiju baru merupakan modif dari kaiju sebelumnya. Atau, fenomena munculnya fusion up alias pinjam kekuatan Ultraman atau Kaiju lain. Ini juga efisiensi tingkat tinggi gaes. Hanya saja, Tsuburaya mampu merangkaikannya dengan cerita secara cantik.
Dan yang terakhir, visi besar sebagai sandbox
Tsuburaya punya visi dan misi besar yang hingga saat ini masih dipertahankan. Lebih dari 50 tahun mereka konsisten dan konsekuen. Dengan visi providing content, products and services full of creativity and innovation mereka terus menciptakan hal hal baru, tidak hanya dalam IP namun juga inovasi dalam merchandising.Â
Pun dengan misi to Deliver the Importance of "Courage", "Hope" and "Kindness" to the People Around the World, Ultraman akan terus dihadirkan untuk menciptakan dunia lebih baik, dunia yang makin terkoneksi dalam kebaikan seperti judul serial terbaru Connected to Tiga. Visi dan misi, inilah yang menjadi nyawa sekaligus sandbox dari seluruh proses bisnis Tsuburaya.
Setelah mempejari model bisnis Tsuburaya dalam lakon Ultraman, saya memiliki cara pandang yang berbeda tentang Ultraman. Ultraman bukan sekadar komoditas atau asesoris budaya pop.Â
Ultraman adalah social innovation. Sebuah ikon hiperrealitas, pahlawan fiktif yang terus berjuang mengajarkan keberanian, harapan, dan  kebaikan untuk dunia lebih baik.
Segala ulasan ini adalah hasil analisis yang mungkin perlu dipelajari lebih lanjut. Triangulasi validasi yang dilakukan masih sebatas analisis dokumen dan observasi.
Semoga bermanfaat dan menghibur
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H