"Aku menemukannya di luar sekolah, sendirian," kata Louis kepada mereka.
Mereka terasa lega. Aku langsung disuruh balik ke rumah dan orang tuaku bercerita bahwa mereka tadi sempat mencariku di sana. Mereka berseru memanggil namaku. Mereka juga berpencar membuka pintu beberapa ruang kelas, termasuk di lantai dua.
Anehnya, aku sama sekali tak mendengar seruan mereka. Seharusnya, aku mendengar mereka bukan? Karena mereka berseru begitu lantang. Apakah karena ruang kelasnya kedap suara?
Mereka mengira aku diculik oleh seseorang atau makhluk tak kasat mata. Bahkan, mereka juga menduga, sosok yang bersamaku itu makhluk tak kasat mata. Mitos yang lekat dari zaman nenek moyang hingga kini. Yang katanya kalau main sore dan tak kunjung pulang, berarti ia diculik oleh Wewe Gombel.
Orang tuaku pikir mereka adalah anak Wewe Gombel. Sampai kini, aku tak tahu siapa mereka. Aku tidak terbesit saat itu untuk bertanya siapa nama mereka, begitupun sebaliknya. Mereka tak bertanya siapa namaku.Â
Sejak peristiwa itu, aku tidak diizinkan bermain keluar rumah selama dua minggu. Kedua anak kecil perempuan itu juga tak lagi nampak bermain di kompleks. Menurut kalian, siapa mereka? Apakah makhluk tak kasat mata atau benar-benar manusia?
-TAMAT-
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H