"Bukankah ini yang kamu mau? Mengakhiri hidupmu dan lari dari kenyataan dunia?" Suara tersebut muncul kembali.Â
Tamara pasrah membiarkan dirinya tenggelam. Dirinya memejamkan matanya, nafasnya menipis. Tetapi pikiran Tamara berputar di kepalanya.Â
"Kalau aku mati saat ini juga, siapa yang akan menemani ibu, siapa yang akan membahagiakannya"Â
"Kalau aku mati, siapa yang akan menolong kucing Pak Sur kalau kelaparan,"Â
"Kalau aku mati saat ini, cita cita ku di masa depan tidak akan pernah jadi nyata."Â
Memori bahagia yang pernah dialami terlintas di benaknya. Tamara pun berusaha kembali berenang menuju permukaan danau itu.Â
~~
Seketika dirinya terbangun, jantungnya berdetak kencang. Tamara melihat ke sekeliling, rupanya dia sudah berada di kamarnya sendiri. Ternyata kejadian tadi hanya mimpi, gumamnya sambil menghembuskan nafas dan mengelap keringat di dahinya.
 Tamara merapikan kembali kamarnya, ruangan tersebut sudah kembali rapi. Buku - buku yang tadi malam berserakan telah tersusun kembali di rak. Cahaya matahari masuk melalui jendela kamar, ruangan tersebut terlihat terang.
Tamara melihat ke arah cermin, di cermin itu terpajang foto-foto dirinya dengan orang kesayangannya. Di atas cermin juga tertempel cita-cita Tamara yang ingin ia capai. Tersenyum, dirinya masih menyelamatkan diri saat tenggelam. Dia tidak benar - benar ingin mengakhiri hidupnya. Suara yang mengganggunya pun sudah tidak ia dengar lagi. Tamara sadar sesulit apapun keadaan jangan pernah menyerah, kamu masih layak untuk hidup.
Ketukan pintu berbunyi, ternyata ibunya.