Mohon tunggu...
Ruslan Effendi
Ruslan Effendi Mohon Tunggu... Akuntan - Pemerhati Anggaran, Politik Ekonomi, Bahasa

Penulis pada International Journal of Public Administration

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Artikulasi dalam Pembentukan Formasi Sosial

12 November 2020   11:45 Diperbarui: 12 November 2020   11:59 520
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Foto: Laurent Ledoux, phusis-partner.com

Perubahan dari cara berkomunikasi pada publik dari semula sebagai warga negara saja menjadi warga negara dan sekaligus sebagai konsumen. Kantor-kantor pemerintah mulai membangun hubungan masyarakat sebagaimana perusahaan-perusahaan berkomunikasi dengan para pemangku kepentingan. 

Pendekatan Norman Fairclough  sangat relasional: wacana, genre, dan gaya baru diproduksi teks dengan mengartikulasikan bersama wacana, genre dan gaya yang ada dalam hubungan baru; baru tatanan wacana mengartikulasikan wacana, genre dan gaya yang ada dan baru bersama-sama dalam hubungan baru.

Epilog

Ketika membaca teks-teks bahasa pada berbagai media, akan muncul berbagai wacana dari berbagai elemen tentang sebuah peristiwa. Maka penggunaan bahasa menjadi tidak netral. Bahasa merepresentasikan, mengklaim hal-hal tertentu, dan memposisikan si penutur nya. 

Alasan bahwa penggunaan teks-teks dalam bahasa tidak netral karena adanya artikulasi dari berbagai wacana dalam suatu tatanan yang disebut tatanan wacana (order of discourse).

Sumber:

Fairclough, N. (2000). Discourse, Social Theory, and Social Research: The Discourse of Welfare Reform. Journal of Sociolinguistics, 4(2), 163--195.

Fairclough, N. (2006). Language and Globalization. London and New York: Routledge.

Laclau, E., & Mouffe, C. (2001). Hegemony and Socialist Strategy Towards a Radical Democratic Politics (2nd ed.). London - New York: Verso.

Slack, J. D. (1996). The Theory and Method of Articulation in Cultural Studies. In D. Morley & K.-H. Chen (Eds.), Critical dialogs in cultural studies (pp. 112--127). London - New York: Routledge.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun