Hujatan semacam ini pernah dialamatkan pada pemain Persib lainnya, Rachmat Irianto, ketika ia masih membela Persebaya Surabaya.
Saat itu, banyak warganet menilai Rahmat kerap jadi biang keladi permainan buruk Persebaya jika dirinya menjadi starter. Hal inipun dikait-kaitkan dengan Rahmat yang bisa menjadi pemain skuad utama Persebaya karena dirinya adalah putra asisten pelatih Persebaya, Bejo Sugiantoro.
Hingga akhirnya Rachmat pun terpaksa menepi dari Persebaya, tim yang menjadi citanya-citanya untuk dibela sejak kecil, dan berlabuh di Persib Bandung pada tahun 2022 silam.
Di klub berkostum utama biru-biru inilah, karir Rachmat kian bersinar dan pada akhirnya turut mengantarkan Persib menjadi juara BRI Liga 1 musim 2023-2024 silam.
"Jadi saya keluar dari Persebaya, saya coba menghilangkan omongan orang-orang bahwa saya bisa bermain tanpa adanya bapak. Saya bisa berdiri sendiri dengan nama saya, Rachmat Irianto,"Â jelasnya usai menjuarai kasta tertinggi Liga Indonesia tahun ini.
Apa yang dahulu terjadi pada Rachmat Irianto dan kini diduga dilakukan oleh oknum suporter Persib Bandung yang mengeluarkan kata-kata kasar usai Persib kalah di kandang, telah dijelaskan Stewart McGil dan Vincent Raison dalam The Roaring Red Front: The World's Top Left-Wing Football Clubs;
"The sheer importance of three 'massive' points overriding basic human decency." (Pentingnya tiga poin (kemenangan) dalam pertandingan mengesampingkan nilai-nilai dasar sopan santun manusia).
Memang sangat disayangkan, ketika kekalahan yang dialami oleh sebuah tim, menjadi sebuah "legitimasi" bagi suporter untuk bebas menghujat dan mencaci tim kesayangannya, atas nama kekalahan sebagai sebuah dosa tak termaafkan.
Mundur jauh ke belakang, hujatan suporter terhadap klub besar di Indonesia yang berujung baku pukul, pernah terjadi dalam sebuah pertandingan antara Persebaya Surabaya dengan PS Angkasa di lapangan latihan Persebaya saat itu, Lapangan Karanggayam.
Jawa Pos kala itu menggambarkan, pertandingan yang hanya berlabel latih tanding tersebut disaksikan sekitar 100 suporter yang alih-alih menyuarakan dukungan justru mengolok-olok pemain klub berjuluk Bajol Ijo tersebut dengan kata-kata kotor.
"Puncaknya, sesaat setelah pertandingan uji coba berakhir, beberapa pemain Persebaya dan penonton tiba-tiba terlibat adu jotos. Saat itu, salah satu pemain Persebaya, Khairil Anwar Ohorella tidak langsung keluar lapangan. Dia mendekat ke tribun penonton sebelah barat, Pace lalu memperingatkan penonton agar tidak mengucapkan kata-kata kotor lagi", tulis Jawa Pos.