Mohon tunggu...
Hadi Saksono
Hadi Saksono Mohon Tunggu... Jurnalis - AADC (Apa Aja Dijadikan Coretan)

Vox Populi Vox Dangdut

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Gelar Juara Persib dan Perundungan yang Merugikan

2 Juni 2024   17:34 Diperbarui: 2 Juni 2024   17:35 283
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemain Persib Rachmat Irianto (tengah) diapit sang ayah Bejo Sugiantoro (kanan) dan sang ibu Yetty Rachmawati. Sumber: Tribunnews

Keberhasilan Persib Bandung menjuarai Championship Series Liga 1 usai mengalahkan Madura United di partai puncak dengan agregat 6-1 menjadi kisah tersendiri bagi salah satu punggawa klub berjuluk Maung Bandung itu, yakni Rachmat Irianto.

Putra legenda Persebaya Surabaya 'Bejo' Sugiantoro itu akhirnya berhasil menyamai prestasi sang ayah membawa klub yang dibelanya menjuarai kasta tertinggi Liga Indonesia. Meskipun Rian-sapaan akrabnya-belum mampu meraih dua gelar juara liga seperti dahulu sang ayah melakukannya di Persebaya pada tahun 1997 dan 2004.

Usai sang anak berhasil membawa Persib Bandung menjadi yang terbaik di kompetisi BRI Liga 1 2023/2024, Bejo dalam media sosialnya menunggah sebuah pesan yang menyentuh dan penuh makna.

Alhamdulillah akhirnya pembuktian ini berkat campur tangan Allah swt @rachmatirianto. Berawal sedih tangis bahkan putus asa. Ditempat lahirmu n tim impian masa kecilmu pingin berbuat baik serta ukir prestasi tapi dibunuh karakter sebagai pemain titipan n pemain bisa apa tanpa adanya ayah.

2 tahun sama-sama kita pendam marah kecewa keluarga kita tanpa kita buka siapa dalang semua itu! Kita maafkan tapi kita tidak akan lupa orang tsb!!

Karena kecintaan kami sekeluarga pada tim kebanggaan kami tanah kelahiran kami bajul ijo. Kita nikmati rasa kecewa sakit selama itu kita nikmati bersama dan saling menguatkan.

Dan akhirnya datang tawaran bergabung tim PERSIB tanah leluhur dari mamanya @yetty.rachma tanah pasundan berkat doa restu umi, umi, umi dirimu meninggalkan zona nyaman!! Berpetualang berjuang kerja keras!! Diterima dengan tulus tangan terbuka sebagai keluarga dikota ke2mu.

Akhirnya kau bungkam cibiran mereka n hinaan itu dengan membawa tim PERSIB (juara 3 ketiga kalinya).

Allahu Akbar. Sekali lagi mohon maaf RI53 bisa juara karena kerja keras tanpa bayang-bayang Ayahnya.

Dua tahun lalu, Rachmat hengkang dari Persebaya, tim impiannya untuk bermain di dalamnya sejak kecil, sebagai seorang Arek Suroboyo dan juga putra dari pemain Persebaya.

Dan seperti dikisahkan oleh Bejo dalam unggahannya di atas, pada tahun 2022 Rian terpaksa pergi meninggalkan Persebaya akibat tekanan luar biasa yang dihadapi di klub berjuluk Bajul Ijo itu.

Saat itu, manajemen Persebaya dalam akun resminya menyebut, perginya Rian dari klub kebanggannya itu karena teror yang kerap ia terima.

"Rian memilih untuk tidak melanjutkan kerja sama karena alasan keluarga. Kritik yang selama ini ia terima sudah berbuah tuduhan dan teror ke pihak keluarga. Dengan berat hati ia harus meninggalkan tim impiannya sejak kecil" tulis manajemen melalui akun media sosial Persebaya.

Saat masih berkostum Persebaya, ketika Rian gagal menampilkan permainan terbaiknya, muncullah serbuan komentar negatif dari para warganet melalui kolom komentar di sejumlah akun fanpage yang terkait Persebaya dan Bonek.

Saat itu, banyak fans di dunia maya menilai Rian kerap jadi biang keladi permainan buruk Persebaya jika dirinya menjadi starter.  Hal inipun dikait-kaitkan dengan Rian yang bisa menjadi pemain skuad utama Persebaya hanya karena dirinya adalah putra asisten pelatih Persebaya, Bejo Sugiantoro atau lazim diistilahkan nepotisme.

Hujatan (atau dalam bahasa Jawa kerap disebut paido) oleh para suporter nyatanya juga tak hanya ditujukan pada sang pemain, namun juga kepada keluarga mereka. Hal ini pun membuat gerah manajemen Persebaya.

Manajer Persebaya saat itu, Yahya Alkatiri seperti dikutip sejumlah media, merasa ada sejumlah pemain yang hengkang dari Persebaya akibat paido yang berlebihan dari para fans di media sosal, mulai dari menyerang keluarga hingga mengeluarkan umpatan-umpatan.

Namun akhirnya perjalanan karir membawa Rian ke tempat yang lebih kondusif dan tidak lagi dikait-kaitkan dengan keberadaan sang ayah. Hingga akhirnya mampu membawa klubnya saat ini menjadi yang terbaik di Liga Indonesia.

"Walaupun ayah saya pemain bola top, panggil saya Rian bukan Bejo" ujar Rian dalam sebuah wawancara dengan pemain Persib lainnya, Marc Anthony Klok.

Sudah bukan rahasia lagi, bahwa di persepakbolaan Indonesia, tuntutan atas nama fanatisme suporter begitu besar, baik terhadap pemain maupun bagi tim secara keseluruhan. Kecuali bagi tim yang bisa dikatakan nirsejarah macam Bhayangkara FC.

Fenomena tersebut, sesuai dengan yang dinyatakan Stewart McGil dan Vince Raison dalam The Roaring Red Front: The World's Top Left-Wing Football Clubs, yakni "The sheer importance of three massive points overriding basic human defency" (Pentingnya tiga poin---kemenangan---dalam pertandingan mengesampingkan nilai-nilai dasar sopan santun manusia).

Di sisi lain, perkembangan media sosial membuat tekanan yang dihadapi seorang pemain sepak bola lebih kompleks. Jika dulu seorang pemain bisa berlindung di balik pelatih atau manajemen jika tampil buruk---dan pelatih akan pasang badan--kini media sosial membuat pesepakbola lebih mudah dan bebas berinteraksi dengan publik.

Akibatnya, lazim kita membaca hujatan-hujatan terhadap pemain maupun klub yang dilakukan oleh suporter klub itu sendiri di media sosial. Walaupun sebenarnya tidak bisa dibuktikan secara langsung apakah yang menghujat memang benar-benar suporter dari klub bersangkutan, ataukah hanya akun palsu.

Perjalanan Persib menjadi juara di BRI Liga 1 musim ini juga tak lepas dari cerita hujatan fans di media sosial terhadap pemain.

Adalah David da Silva, ujung tombak sekaligus peraih gelar top scorer musim ini yang sempat tidak mengikuti latihan serta tidak masuk skuad saat Persib ditahan imbang Bhayangkara FC pada 28 Maret 2024 lalu.

Manajer Persib Umuh Muchtar mengaku tak mengetahui pasti alasan pemain berpaspor Brazil ini mangkir dari latihan. Namun akun mantan pemain Persebaya ini pun dibanjiri hujatan yang mempertanyakan loyalitasnya terhadap tim.

Namun saat situasi tim kembali kondusif, David menuliskan di story akun Instagramnya:

"Kepada semua orang yang mengirimi pesan-pesan yang mengatakan hal-hal tidak masuk akal kepada saya dan keluarga. Saya harap Anda memiliki keinginan yang sama untuk meminta maaf kepada saya nanti,"

Namun kasus perundungan yang dahulu sempat membuat pemain berusia 34 tahun itu beserta keluarganya menjadi tak nyaman pun kemudian menguap seiring berjalannya waktu serta penampilan apik dan gol demi gol yang dihasilkan oleh David.

Kini seluruh suporter Persib pun kembali menyanjung David, sebagai salah satu pemain kunci yang mengantarkan Persib menjadi juara, dengan 30 gol yang dicetaknya sepanjang musim ini.

Soal hujatan kepada pemain ini, nampaknya harus menjadi perhatian serius bagi manajemen tim yang berlaga di persepakbolaan Indonesia. Wabil khususon tim yang memiliki suporter yang dikategorikan fanatik.

Suporter yang terkadang mendukung dengan semangat berapi-api bila tim kesayangannya bermain apik dan menghasilkan kemenangan. Namun bisa menjadi sangat beringas di tribun maupun di media sosial jika tim kesayangannya atau salah satu pemain bermain buruk dan gagal menghasilkan poin.

Cukuplah kasus perginya Rachmat Irianto dari Persebaya menjadi pembelajaran bagi kita semua, bahwa hujatan-hujatan para fans itu pada akhirnya akan menjadi sesuatu yang merugikan bagi tim kesayangan, serta meracuni karir pemain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun