Hasil akhir dan proses gol yang dinilai janggal tersebut pun berbuntut laporan manajemen Persik Kediri kepada Satuan Tugas (Satgas) Anti Mafia Bola. Dasar laporan tersebut seperti dinyatakan oleh manajemen Persik Kediri dalam sebuah siaran pers yang diterbitkan pada satu hari setelah pertandingan, adalah karena kekecewaan terhadap performa tim di lapangan, yang berakibat pada bersaranya tujuh gol ke gawang mereka.
Anggota Satgas Anti Mafia Bola Akmal Marhali dalam siaran persnya pun menyatakan telah menerima laporan dari manajemen Persik Kediri. Akmal pun mengaskan pihaknya akan menindaklanjuti laporan tersebut, untuk diteruskan dan diproses secara hukum oleh Satgas Antimafia Bola Polri. Â
Namun dalam beberapa unggahan tentang hasil pertandingan Bhayangkara FC vs Persik Kediri yang berbuntut laporan manajemen Persik itu di media sosial, sejumlah warganet mengungkapkan skeptitismenya atas tindak lanjut dugaan pelanggaran non teknis dalam pertandingan tersebut.
"Lapor satgas? Lah satgas aja isinya orang bhayangkara"Â ujar akun @ibra_****
"Apakah misi penyelamatan telah dimulai"Â kata akun @di.******25
Yang dimaksud dengan "penyelematan" di sini adalah upaya agar tim milik Polri itu tidak sampai terdegradasi dari kasta tertinggi Liga Indonesia. Opini liar di kalangan penggemar sepak bola nasional tersebut muncul pasca belanja pemain jor-joran yang dilakukan manajemen tim berjuluk The Guardian ini di awal putaran ke-2 Liga 1 2023/2024.
Tak tangung-tanggung, 11 pemain baru didatangkan oleh Bhayangkara FC, termasuk Radja Nainggolan. Bahkan I Putu Gede Juniantara ditarik kembali ke Bhayangkara FC dari Persib Bandung melalui surat tugas anggota Polri.
Tak hanya merombak pemain, juru taktik baru juga dihadirkan oleh Bhayangkara FC, yakni Mario Gomez, yang pernah membesut Persib Bandung dan Borneo FC. Namun di tengah jalan Abah Gomez pun harus menerima kenyataan berpisah dengan Bhayangkara FC.
Perombakan skuad tersebut juga nyatanya hingga saat ini tak membuahkan hasil yang signifikan. Pun kehadiran Radja Nainggolan yang notabene alumnus Liga Italia Serie A, juga tak mampu mendongkrak performa tim, sehingga Bhayangkara FC masih belum bisa keluar dari zona merah.
Ini tentu bukan pertama kalinya Bhayangkara FC mendapat opini negatif liar di masyarakat. Tahun 2017, tim yang kerap berpindah home base ini menjadi 'juara yang dihujat', karena menjadi juara setelah muncul keputusan kontroversial terhadap Mitra Kukar.
Ceritanya, Mitra Kukar divonis bersalah oleh Komdis PSSI dalam pertandingan melawan Bhayangkara FC, karena memainkan Mohammed Sissoko yang saat itu sedang menghadapi larangan bertanding. Namun Naga Mekes berdalih memainkan mantan personil Juventus dan Liverpool itu karena tak menemukan nama Sissoko dalam Nota Larangan Bermain (NLB)