Suatu ketika saya berkunjung ke rumah kawan saya, dan saya penasaran mengapa ayahnya saat itu sedang tidak berada di rumah.
"Bokap lagi jalan-jalan ke Pelabuhan Ratu, sama teman-temannya," ujar kawan saya. Dalam hal ini, sang ayah jalan-jalan bareng dengan beberapa kawan sekolah dasarnya.
Lain waktu, ada kenalan saya yang mengatakan jika ia menghadiri reuni, maka harus didampingi oleh istrinya. Pun demikian kawan-kawannya jika ingin hadir di reuni yang sama - menurutnya - diharapkan membawa pasangannya masing-masing.
Maksudnya supaya ajang reuni itu tidak berubah menjadi ajang cinta lama bersemi kembali alias CLBK dengan lawan jenis yang pernah ditaksir saat sekolah dahulu.
Argumen kenalan saya itu, seolah mendapatkan pembenaran saat beberapa waktu lalu heboh pemberitaan soal perceraian yang dilatarbelakangi oleh reuni.
Adalah Pengadilan Agama (PA) Kota Padang, Sumatera Barat yang pada akhir Mei 2023 lalu merilis, sepanjang bulan Mei tersebut, terdapat kurang lebih 100 permohonan pengurusan perceraian dan rata-rata alasannya adalah karena pihak ketiga.
Kepala PA Kota Padang, Nursal saat itu mengatakan pengajuan sebanyak 100 permohonan tersebut meningkat dibanding bulan-bulan sebelumnya, yang rata-rata hanya 60 pengajuan per bulan.
"Juga termasuk di antaranya ada phak ketiga, mungkin karena ada pengaruh ponsel atau WA, terakhir juga ada pertemuan reuni, mereka curhat, nyambung, kemudian kontak-kontakan, ya itulah gangguan pihak ketiga," ujar Nursal  seperti dikutip akun @bundsthetic dan dilansir viva.co.id pada 2 Juni 2023.
"Tuh kan, benar. Reuni rawan menyebabkan perselingkuhan" ujar kenalan saya yang seperti mendapat dukungan atas argumennya.
"Ya, mungkin saja benar reuni bisa menyebabkan perselingkuhan gara-gara CLBK alias 'cinta lama belum kelar'. Tapi berapa persen dari reuni yang memicu CLBK itu? Apa kalau seperti itu, yang salah adalah reuninya?" saya mendebat argumen kawan saya.
Pada dasarnya, reuni -- baik dalam konteks pertemuan resmi skala besar dengan kepanitiaan, maupun yang hanya dihadiri kawan yang dulunya satu circle atau satu tongkrongan -- adalah upaya mempertemukan kembali kawan-kawan yang dulu pernah ada dalam lingkungan yang sama, baik itu di sekolah, kampus, maupun di pekerjaan.