Adapun grup lain setelah Trio Los Gilos yang muncul ke pentas komedi Tanah Air dan juga beranggotakan tiga personil yakni EBI, yang beranggotakan Eddy Sud, S Bagyo, dan Iskak.
Memasuki akhir dekade 60-an, muncullah era grup lawak berempat alias kuartet. Bing Slamet pula yang mengawali dengan kolaborasi bersama Eddy Sud membentuk Kwartet Kita. Anggotanya selain Bing Slamet dan Eddy Sud yakni Iskak dan Ateng.
Adapun satu lagi personil EBI yakni S Bagyo membentuk grup S Bagyo cs, yang beranggotakan S Bagyo, Darto Helm, Diran, serta Sol Saleh. Kemudian dari Surabaya muncul nama Surya Group, yang beranggotakan Jalal, Herry Koko, 'Susi' Sunaryo, dan Prapto.
Singkat kisah, dunia pentas lawak Indonesia pun makin berkembang dengan munculnya sejumlah grup lawak di Indonesia hingga era 1990-an.
Seperti Jayakarta Group (Jojon, Cahyono, Prapto, dan Uuk) di tahun 70-an, Bagito Group (Dedi 'Miing', Didin, dan Unang) mewakili era 80-an, serta Patrio (Parto, Akri, Eko) di era 90-an.
Namun kehadiran grup Patrio yang mengisi program televisi Ngelaba: Ngerumpi Lewat Banyolan yang tayang di TPI (sekarang MNC TV) seolah menjadi akhir dari era kejayaan grup lawak yang hadir dan silih berganti muncul dan mewarnai jagad hiburan Indonesia sejak tahun 60-an.
Pada pertengahan 2000-an memang sempat ada ajang pencarian bakat grup lawak dengan nama program API (Audisi Pelawak TPI). Namun ajang ini nyatanya tak berumur panjang, dan para alumninya justru cenderung tenggelam di pentas hiburan nasional usai menjadi peserta API.
Beberapa alumni API seperti Sule (grup SOS), Rina Nose (grup Jurnal), serta Ikang 'Jamal' (grup Sulung) lebih terkenal ketika mereka bersolo karier tanpa grupnya saat menjadi peserta API dahulu.
Mungkin hanya grup Bajaj (Melki, Aden, Isa) yang menjadi alumni API dengan eksistensi cukup lama di layar kaca. Ini karena selepas menjadi kontestan API, mereka bermain dalam beberapa season sinetron religi Para Pencari Tuhan.
Lantas mengapa komedi dengan format grup lawak saat ini kian redup pamornya?
Jawabannya adalah karena industri televisi-yang menjadi pentas mayoritas on air komedian saat ini-yang memprioritaskan untuk menjual rating dan share, ketimbang memanfaatkan grup lawak untuk menampilkan ide-ide lawakannya.