Mohon tunggu...
Hadi Saksono
Hadi Saksono Mohon Tunggu... Jurnalis - AADC (Apa Aja Dijadikan Coretan)

Vox Populi Vox Dangdut

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

PSM Juara Tanpa Hadiah Uang, Akibat Salah Kaprah

20 April 2023   18:14 Diperbarui: 21 April 2023   04:19 428
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketua Umum PSSI Erick Thohir, akhirnya merogoh kocek pribadinya senilai Rp2 miliar, untuk diberikan kepada PSM Makassar, selaku juara kompetisi BRI Liga 1.

Dalam pernyataannya seperti dikutip sejumlah media, Erick menyatakan pemberian bonus tersebut, merupakan inisiatif yang datang dari dirinya pribadi.

Hal itu sebagai sikapnya atas kegaduhan yang terjadi, usai PSM Makassar hanya mendapatkan trofi tanda juara Liga 1 2002/2023, tanpa menerima hadiah uang tunai, seperti juara terdahulu.

Ternyata, PSM bukanlah tim pertama yang menjadi juara liga kasta tertinggi tanpa uang tunai.

"Ada ketidakkonsistenan yang dilakukan operator LIB soal bonus juara. Tahun 2015 tidak ada bonus, lalu berikutnya selama dua tahun 2016 dan 2017 disediakan bonus. Namun sejak 2018 hingga kini tidak ada lagi. Ini menandakan apa? Tidak konsisten!"

Demikianlah pernyataan Erick seraya menambahkan dirinya akan meminta keterangan dari PT Liga Indonesia Baru (LIB) atas ketidakkonsistenan pemberian bonus tersebut, dan akan meminta LIB untuk mengaudit keuangannya.

Peristiwa ini pun menjadi kado pahit bagi PSSI, yang pada 19 April 2023 kemarin berulang tahun ke 93. Yang lebih memprihatinkan, kasus ini membuka tabir mengenai ketidakjelasan pemberian bonus pada tim juara kompetisi Liga 1.

Masih berdasarkan pernyataan Erick saat konferensi pers pemberian bonus pribadi untuk PSM:

"Saya dengar, katanya uang untuk hadiah atau bonus sudah diserahkan LIB kepada PSSI, namun mana? Saya tidak tahu. Begitu juga di PSSI, bagaimana pertanggungjawabannya? (Kasus) ini juga membuka celah bahwa ada tercampur antara uang dari LIB, uang FIFA Forward, dan lain-lainnya.

Terus terang, saya yang baru masuk PSSI tanggal 16 Februari lalu, kaget mengetahui hal ini. Banyak ketidakkonsistenan dan tidak terbuka di keuangan LIB dan PSSI,"

Karena itulah, Erick akan meminta keuangan PSSI dan LIB untuk diaudit.

Ada apa ini? Entahlah. Ini menambah panjang episode buruk persepakbolaan Indonesia yang mungkin saja masih berduka akibat kegagalan menyenggarakan Piala Dunia U-20 tahun ini. Dan yang ketiban awu anget adalah Erick Thohir. 

Menteri BUMN yang baru dua bulan menjabat ketua umum PSSI ini pun menegaskan, audit LIB akan dilakukan sebelum musim kompetisi 2023/2024 bergulir.

Bukan kali ini saja Erick Thohir terpaksa menanggung peninggalan kekacauan yang ada di organisasi yang saat ini dipimpinnya, yakni PSSI.

Pada 2 Maret lalu, Erick membentuk panitia lokal penyelenggara Piala Dunia 2023, yang artinya saat itu panitia lokal hanya dibentuk hanya 2 bulan sebelum Piala Dunia U-20 Indonesia diselenggarakan, walau akhirnya panitia lokal tersebut pada awal April ini dibubarkan karena Piala Dunia U-20 batal digelar di Indonesia.

Lah, berarti sebelum itu tidak ada gugus tugas yang khusus menangani penyelenggaraan Piala Dunia U-20 2023?

Kalau memang tidak ada, ya pantaslah jika terjadi miskoordinasi, khususnya soal penggunaan Stadion Utama Gelora Bung Karno sebagai salah satu venue penyelenggaraan, yang akhirnya rumputnya rusak usai digunakan sebagai venue konser BlackPink pada pertengahan Maret lalu.

Baik kembali ke soal PSM juara tanpa bonus. Direktur Utama LIB Ferry Paulus--sebelum pernyataan Erick Thohir yang akan memberi bonus pribadi sebesar Rp 2 miliar--menyatakan ketiadaan bonus uang kepada tim yang menjuarai Liga 1 sudah menjadi kesepakatan seluruh klub peserta Liga 1. Kesepakatan itu bahkan sudah ada sejak 2018.

"Persija Jakarta dan Bali United saat juara pun mendapat perlakuan yang sama (tidak mendapat bonus uang)," ujar Ferry.

Dia berkilah, LIB sejak awal musim sudah kembali menekankan bahwa tahun ini juara liga zonder bonus uang. Ferry menyebut saat itu seluruh klub termasuk manajemen PSM Makassar pun telah diinformasikan dan sepakat.

Ferry menegaskan, meski tim yang juara tidak mendapatkan hadiah uang saat penobatan gelar, namun sebenarnya seluruh klub peserta Liga 1 musim 2022/2023 sudah mendapat kontribusi uang untuk operasional dari LIB.

Nah, sampai di sini, saya mencoba memahami keputusan LIB untuk tidak memberikan bonus uang kepada PSM Makassar selaku juara Liga 1. Karena keputusan tersebut dinyatakan sebagai kesepakatan bersama antar klub peserta Liga 1.

Pertanyaannya kemudian, mengapa operator liga tidak konsisten soal pemberian bonus uang kepada juara liga? Pertanyaan ini mungkin baru akan terjawab pasca pertemuan PSSI dan LIB seperti pernyataan Erick Thohir yang saya kutip di atas.

Jika langkah tidak memberikan bonus juara yang dilakukan oleh manajemen LIB merupakan keputusan yang terjadi sejak beberapa tahun lalu, maka Erick tentu juga harus meminta keterangan pada manajemen LIB sebelum era direktur utama Ferry Paulus.

Ya, karena manajemen LIB yang dipimpin Ferry Paulus musim ini notabene adalah manajemen yang juga belum setahun menjalankan operasional terbentuk usai dirut sebelumnya Akhmad Hadian Lukita dinyatakan sebagai salah satu tersangka Tragedi Kanjuruhan.

Nah, lantas uang bonus yang menurut Erick Thohir sudah diserahkan LIB kepada PSSI sebenarnya untuk siapakah? Lalu tersangkut di manakah uang itu? Atau bahkan sudah menguapkah uang itu?

Entahlah. Mari kita sama-sama menanti keseriusan pihak-pihak yang terkait untuk melaksanakan audit keuangan PSSI dan LIB, termasuk soal bonus uang ini.

Memang seyogianya bonus uang memang layak menjadi salah satu wujud apresiasi dari federasi maupun dari operator liga, yang harusnya diberikan pada tim yang meraih kampiun.

Apresiasi tersebut menjadi pembeda bagi tim yang sudah berupaya sedemikian rupa untuk menjadi yang terbaik di dalam kompetisi tersebut.

Karena itu, pernyataan dari LIB selaku operator Liga 1 bahwa PSM selaku juara liga meski tak mendapat uang hadiah juara namun telah mendapatkan uang kontribusi dari LIB, jelas sebuah pernyataan yang salah kaprah. Karena (jika benar yang dikatakan Ferry Paulus) uang kontribusi yang didapat PSM itu adalah uang kontribusi untuk seluruh peserta BRI Liga 1, maka PSM---dan juara-juara Liga 1 sebelumnya yang tak mendapat uang bonus yakni Persija dan Bali United---selayaknya mendapat bonus uang menjadi hal yang wajib diberikan.

Analogi sederhana, saya selaku orang tua memberi dana operasional rutin kepada anak saya untuk biaya SPP, uang jajan, transportasi ke sekolah, membeli mainan, dan lain-lain. Lalu ketika anak saya meraih juara 1 di kelasnya, tentu jika saya ingin memberi hadiah khusus padanya, harus menggunakan dana di luar uang saku yang rutin saya berikan padanya.

Anak saya memang tidak pernah meminta bonus atas sejumlah keberhasilannya di sekolah, namun sebagai orang tua, saya merasa perlu untuk memberi penghargaan atas kelebihan yang dia berikan, yang membuatnya lebih berprestasi ketimbang teman-temannya.

Karena dengan prestasi itulah, dia menjadi beda dengan teman-temannya yang kurang berprestasi. Karena itu, uang atau hadiah yang saya berikan pun harus berbeda dengan uang sakunya yang rutin saya berikan.

Dan saya yakin, anak saya akan sangat senang dan bahagia, jika saya memberi hadiah atas prestasi anak saya tidak hanya berupa trofi atau sekedar ucapan terima kasih. Karena kalau trofi, ya mungkin sudah dia dapatkan dari sekolahnya.

Nah, dalam konteks uang hadiah juara Liga 1, maka tentu semestinya uang bonus yang diberikan kepada PSM berasal dari LIB selaku korporasi atau entitas penyelenggara liga. Bukan dari kantong pribadi Erick Thohir, meskipun tujuan Erick adalah mengakhiri kegaduhan soal bonus juara Liga 1 dan supaya tidak melebar ke hal-hal yang tidak penting.

Semoga audit yang dilakukan pada PSSI dan LIB nantinya bisa membuka secara gamblang kekarut-marutan keuangan pengelola kompetisi persepakbolaan Indonesia ini.

Dan jangan sampai setelah dilakukan audit, lalu ada pengurus PSSI atau manajemen LIB yang harus memakai rompi oranye sebagai 'seragam' tahanan Komisi Pemberantasan Korupsi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun