Penjatuhan sanksi tersebut oleh Komisi Disiplin (Komdis) PSSI pun terkesan terburu-buru, karena diputuskan pada 4 Oktober 2022 alias hanya berselang tiga hari dari Tragedi Kanjuruhan. Sanksi yang terbilang ringan tersebut pun nyatanya menjadi pembuka kekacauan demi kekacauan yang terjadi usai Tragedi Kanjuruhan.
Apalagi setelah PSSI memutuskan untuk menghentikan lanjutan Kompetisi Liga 2 dan Liga 3 2022/2023, reaksi-reaksi negatif kian bermunculan di dunia sepak bola Indonesia.Â
Bagaimana tidak, gara-gara Arema yang gagal menyelengarakan pertandingan yang aman dan nyaman bagi penonton, klub lain yang tak bersalah terkena imbasnya, sementara Arema bisa tetap ikut kompetisi.
Meski tetap bisa bertanding, namun sejumlah penolakan mengiringi perjalanan Arema FC dalam mengarungi sisa musim Kompetisi Liga 1 2022/23.Â
Sejumlah daerah seperti Semarang, Bantul, serta Boyolali menyatakan menolak Arema FC untuk menjadikan stadion di wilayah tersebut untuk digunakan Arema saat menjalani pertandingan kandang. Penolakan terjadi karena adanya desakan dari kelompok suporter setempat terhadap kehadiran Arema di wilayahnya.
Penolakan tersebut bukan tak mungkin merembet juga ke wilayah lain di Jawa. Karena nyatanya, Bali pun menolak Arema FC untuk ber-home base di Pulau Dewata untuk sementara.
Dan publik Kota Malang sendiri nampaknya juga jengah dengan sikap para petinggi Arema FC yang dinilai kurang pro aktif dalam penyelesaian Tragedi Kanjuruhan. Apalagi seusai sang presiden klub, Gilang Widya Pramana mengundurkan diri pada akhir Oktober tahun lalu.
Usai pengunduran diri Gilang yang akrab dijuluki Juragan 99 ini, media massa pun ramai mewartakan soal kepemilikan saham dan kepengurusan di Arema FC.
Sejumlah warta menulis, Arema FC dikelola oleh PT Arema Aremania Bersatu Berprestasi Indonesia (AABBI). Dan berdasarkan akta perusahaan PT AABBI yang tercatat di Ditjen Administrasi Hukum Umum Kementerian Hukum dan HAM, nama Iwan Budianto tercantum sebagai Direktur Utama AABBI, sementara mantan manajer tim Ruddy Widodo menjabat sebagai Direktur.
Sementara itu, Iwan Budianto yang sama juga menjabat sebagai Wakil Ketua Umum PSSI bersama dengan Cucu Sumantri. Mereka bersama-sama menjadi waketum dalam kabinet Mochammad Iriawan untuk periode kepengurusan 2019-2023.
Telunjuk kritis dan skeptis publik sepak bola Indonesia saat ini pun mengarah pada manajer Persik Kediri saat pertama kali menjuarai kasta tertinggi Liga Indonesia pada 2003 itu.Â