Adapun BMKG alih-alih menggunakan istilah badai, Kepala BMKG Dwikornita Karnawati mengatakan, pihaknya memilih menggunakan istilah hujan lebat dan hujan ekstrem. Jadi, pernyataan dua lembaga tersebut tetap memiliki benang merah, yakni hujan ekstrem.
Selama dua lembaga tersebut menggunakan metode ilmiah modern dalam penyampaian hasil risetnya kepada masyarakat, tentunya tidak masalah, kan? Bukankah prakiraan terjadinya cuaca ekstrem merupakan hal yang lazim di Indonesia. Â
Cuma, apakah memang hujan ekstrem harus dihadapi dengan bekerja dari rumah? Dan apakah perlu juga untuk dibahas secara khusus di parlemen?
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!