Kian lama intensitas panggilan telepon 'salah sambung nomor radio' itu pun berkurang, seiring mulai berkembangnya layanan penyeranta. Dan makin hilang seiring masifnya penggunaan ponsel, sehingga nomor studio radio itu tentu sudah disimpan oleh para pendengarnya di buku telepon ponselnya.
Kini, kisah tentang salah sambung itu pun jadi cerita masa lalu, yang pernah dialami oleh telepon rumah orang tua saya yang masih terpasang hingga saat ini.
Dari seringnya salah sambung itulah, saya yang masih duduk di bangku sekolah dasar kala itu jadi tahu kalau kebanyakan orang menelepon studio radio untuk meminta sebuah lagu diputar.
Itulah yang saya tahu, setelah mendengar penyiar radio menyebutkan nama-nama sejumlah orang, membaca pesan singkat dari orang yang sudah disebut, lalu memutarkan musik yang diminta lewat siaran radio.
Orang-orang yang menelepon ke studio radio---termasuk yang salah pencet nomor jadi nomor telepon rumah saya---bertujuan untuk bertukar salam atau pun pesan. Bisa dengan keluarga, saudara, pacar, bahkan teman lama walaupun tidak ada jaminan di waktu yang bersamaan mereka ikut mendengarkan saluran radio yang sama.
Tidak jarang salam yang disampaikan akan berujung sia-sia, karena mungkin yang dikirimi salam tidak sedang mendengarkan radio.Â
Namun bukan di situ poinnya. Setidaknya salamnya sudah dibacakan oleh penyiar, dengan harapan rindu tersampaikan. Dan mungkin saja, meskipun salamnya tidak dibacakan tetapi lagu yang diminta berhasil diputarkan, itu pun sudah membuat senang hati pendengar yang menelepon ke studio.
Karena mungkin saja untuk bisa teleponnya dijawab oleh sang penyiar ataupun operator, pendengar radio butuh perjuangan tersendiri, termasuk di antaranya salah memencet nomor yang berakibat salah sambung itu tadi.
Kalau saya termasuk yang tidak pernah berkirim salam ataupun pesan lewat radio, cuma menjadi penikmat lagu yang diputar saja. Karena pada saat kecil, saya kerap menyaksikan kakak saya atau sepupu saya merekam lagu-lagu di radio memakai radio tape. Istilah kerennya, mixtape.
Saya pun mencoba mengikuti apa yang mereka lakukan. Ketika penyiar sudah memberi tahu sesaat lagi akan diputar, maka saya pun bersiap melepas tombol 'record' di deck kaset. Dan dihitung-hitung, saya dulu pernah mengumpulkan lagu-lagu yang direkam dari radio, di sebuah kaset pita yang berdurasi total 90 menit.
Dan ketika sudah berhasil merekam lagu dari radio dalam 1 kaset pita, rasanya sama seperti memiliki 1 kaset album kompilasi. Namun bedanya, suara lagu yang diputar di kaset hasil rekaman radio tentu berbeda dengan kaset aslinya.