Dalam akta yang sama, Iwan tercantum sebagai Direktur Utama AABBI. Adapun Agoes yang awalnya memiliki saham kini hanya tercatat sebagai Komisaris Utama. Sementara mantan manajer tim Ruddy Widodo menjabat sebagai Direktur.
Sementara itu, Iwan Budanto yang sama, kini juga menjabat sebagai Wakil Ketua Umum PSSI bersama dengan Cucu Sumantri. Mereka bersama-sama menjadi waketum dalam kabinet Mochammad Iriawan untuk periode kepengurusan 2019-2023.
Telunjuk kritis dan skeptis publik sepakbola Indonesia saat ini pun mengarah pada manajer Persik Kediri saat pertama kali menjuarai kasta tertinggi Liga Indonesia pada 2003 itu. Dalam hal ini, Iwan dianggap sedang bermain bayangan agar namanya seolah tak tersentuh dalam Tragedi Kanjuruhan, yang tentunya mau tak mau melibatkan Arema FC dan PSSI sebagai pihak yang memiliki tanggung jawab masing-masing, atas tragedi yang telah memakan korban meninggal dunia 135 jiwa itu.
Pernyataan Gilang Widya usai diperiksa sebagai saksi oleh Polda Jatim soal kepengurusan di Arema FC, dan lantas dilanjutkan dengan mundur sebagai presiden Arema FC, membuka tabir yang samar-samar selama ini, bahwa Gilang memang bukanlah pucuk pimpinan yang sebenarnya di Arema FC. Alias jabatannya sebagai presiden bisa jadi hanyalah menutupi siapa sebenarnya yang menjadi direktur utama di Arema FC.
Nyatanya, akta perusahaan di Kemenkumham menunjukkan Iwan-lah yang menjadi direktur utama perusahaan yang menaungi Arema FC. Tentu menjadi dilematis jika Iwan dalam status sebagai direktur utama Arema FC ingin menyampaikan kritik atau bahkan tuntutan kepada PSSI, karena sampai detik ini, Iwan juga masih menjadi pengurus PSSI.
"Masa jeruk 'makan' jeruk?" mungkin itulah kalimat yang tepat.
Karena itulah Arema FC termasuk klub yang cenderung 'adem ayem' soal kelanjutan kompetisi. Amat dimaklumi karena Gilang Widya---sampai dengan pengunduran dirinya---cenderung fokus pada crisis center Tragedi Kanjuruhan. Meskipun penulis pun skeptis terhadap pengakuan sang Juragan 99 yang mengatakan tidak tahu soal pengelolaan tim Arema FC.
Namun setelah semuanya terbuka jelas bahwa Iwan Budianto adalah direktur utama perusahaan yang menaungi Arema FC, tentu sudah saatnya sosok kelahiran Malang 48 tahun silam ini muncul ke publik dalam kapasitasnya sebagai direktur utama. Hal ini penting dilakukan agar tak terjadi kekosongan dalam pucuk pimpinan klub.
Dan kisah permainan bayangan Iwan Budianto inipun, menjadi salah satu bukti silang sengkarut pengurusan persepakbolaan Indonesia, yang akhirnya terungkap usai Tragedi Kanjuruhan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H