Mohon tunggu...
Hadi Saksono
Hadi Saksono Mohon Tunggu... Jurnalis - AADC (Apa Aja Dijadikan Coretan)

Vox Populi Vox Dangdut

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Tragedi Kanjuruhan Ungkap "Permainan Bayangan" Pemilik Arema FC

31 Oktober 2022   12:15 Diperbarui: 31 Oktober 2022   13:05 381
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pengusaha muda Gilang Widya Pramana menyatakan mundur sebagai presiden klub Arema FC pada 29 Oktober 2022 (Sumber foto: Kompas.com/Suci Rahayu)

Pada tanggal 29 Oktober 2022, alias tepat empat pekan usai Tragedi Kanjuruhan yang memilukan, pengusaha muda Gilang Widya Pramana, atau yang juga dikenal dengan julukan Juragan 99, meletakkan jabatannya sebagai presiden Arema FC.

Saat mengumumkan pengunduran dirinya di kantor Arema FC, Gilang mengaku ada dua alasan utama mengapa ia memilih untuk mengundurkan diri dari jabatan presiden Arema FC.

Pertama, ia mengaku sangat sedih dan trauma akibat tragedi Kanjuruhan yang telah memakan 135 korban meninggal dunia. Kedua, Gilang menilai Arema FC membutuhkan sosok yang lebih kompeten untuk memimpin tim sebesar Arema FC.

"Karena rasa kesedihan dan trauma yang mendalam, saya memutuskan untuk istirahat atau rehat dari dunia sepak bola. Dengan situasi sekarang, saya rasa Arema FC memerlukan sosok yang lebih baik yang bisa membawa tim lebih solid, kuat, dan baik."

ucap Gilang saat mengumumkan pengunduran dirinya. Ia menegaskan, langkahnya untuk lengser sebagai presiden Arema FC bukan karena paksaan maupun tekanan saat mengambil keputusannya tersebut. Hal itu didasari bentuk tanggung jawab moral sebagai pemimpin Arema FC atas tragedi Stadion Kanjuruhan.

Sebelum meletakkan jabatannya, Gilang menunjukkan kepedulian yang sangat besar saat tragedi Kanjuruhan terjadi. Ia langsung membentuk crisis center yang menjadi pusat informasi penanganan korban.

Selain itu, dia juga yang menginisiasi anggota tim Arema FC untuk melakukan takziah ke seluruh korban meninggal tragedi Kanjuruhan. Ia pun terjun langsung mengunjungi keluarga korban dari rumah ke rumah dan berusaha meringankan beban seluruh korban dengan memberikan santunan.

Meskipun sudah melakukan banyak hal untuk para korban, bayangan tangis keluarga korban tak cukup menghilangkan rasa bersalah.

"Saya sampai setiap malam selalu memikirkan, sejak hari pertama sampai saat ini juga susah tidur, tidak nyenyak, ada perasaan mengganjal yang saya rasakan."

ungkap pria kelahiran Probolinggo itu sembari menahan tangis saat konferensi pers.

Dua hari sebelum mengundurkan diri, Gilang menghadiri panggilan penyidik Polda Jawa Timur untuk diperiksa sebagai saksi kasus Tragedi Kanjuruhan, selama 5 jam. Dan kepada wartawan usai menjalani pemeriksaan, Gilang mengaku menjalani pemeriksaan tambahan soal aliran dana.

"Untuk urusan manajerial Arema silakan (tanyakan) ke owner, silakan ke direksi."

ungkap Gilang yang mengaku sama sekali tidak tahu soal pengelolaan tim Arema FC.

Bagi penulis, pernyataan Sang Juragan 99 yang terakhir ini menjadi menarik. Mengapa? Karena dengan jabatannya sebagai Presiden Arema FC, tentu asumsi yang berkembang sejak ia menduduki jabatan presiden Arema FC sejak 6 Juni 2021 menggantikan Iwan Budianto adalah Gilang sebagai pucuk pimpinan dari perusahaan yang menjadi badan hukum klub Arema FC.

Namun mengapa ia malah menyatakan urusan manajerial Arema FC silakan ditanyakan kepada pemilik dan direksi? Benarkah ia tak tahu siapa saja direksi Arema FC saat ini?

Sebelum membahas hal itu, penulis berhipotesis Gilang sepertinya sedang melempar bola isu ke publik agar, masyarakat sepak bola Indonesia  tahu bagaimana struktur manajerial Arema FC yang sebenarnya untuk saat ini.

Nyatanya, usai pemeriksaan dan pernyataan Gilang kepada media soal pengelolaan Arema FC tersebut, media massa lantas ramai-ramai memberitakan soal kepemilikan saham dan kepengurusan klub asal Kota Malang ini. Termasuk dari hasil mencari data soal pencatatan perusahaan di Kementerian Hukum dan HAM.

CNN Indonesia pada 28 Oktober 2022 pun menulis, Arema FC dikelola oleh PT Arema Aremania Bersatu Berprestasi Indonesia (AABBI). Perusahaan ini didirikan pada 3 Maret 2015, dengan pemegang saham saat itu hanya dua orang, yakni Iwan Budianto yang menggenggam 70%, dan Agoes Soerjanto memiliki 30%.

Dalam perkembangannnya, akta perusahaan PT AABBI yang tercatat di Ditjen Administrasi Hukum Umum Kementerian Hukum dan HAM menunjukkan saham AABBI saat ini dimiliki tiga entitas.

Iwan Budianto tercatat memiliki saham sebesar Rp3,7 miliar atau memiliki 3.750 lembar saham perusahaan.

Berikutnya PT Juragan Sembilan Sembilan Corp yang adalah milik Gilang Widya Pramana memiliki 750 lembar saham atau sebesar Rp750 juta, diikuti PT Rans Entertainment Indonesia dengan 500 lembar saham sebesar Rp500 juta.

Dengan kata lain, Iwan Budianto kini menguasai saham Arema FC sebesar 75%, diikuti Gilang Widya melalui Juragan Sembilan Sembilan 15%, dan Rans 10%. Artinya pula kepemilikan saham Iwan meningkat dari awalnya 70 persen menjadi 75 persen.

Iwan Budianto (kiri) dan Gilang Widya Pramana (Sumber foto: Dok Arema FC)
Iwan Budianto (kiri) dan Gilang Widya Pramana (Sumber foto: Dok Arema FC)
Dalam akta yang sama, Iwan tercantum sebagai Direktur Utama AABBI. Adapun Agoes yang awalnya memiliki saham kini hanya tercatat sebagai Komisaris Utama. Sementara mantan manajer tim Ruddy Widodo menjabat sebagai Direktur.

Sementara itu, Iwan Budanto yang sama, kini juga menjabat sebagai Wakil Ketua Umum PSSI bersama dengan Cucu Sumantri. Mereka bersama-sama menjadi waketum dalam kabinet Mochammad Iriawan untuk periode kepengurusan 2019-2023.

Telunjuk kritis dan skeptis publik sepakbola Indonesia saat ini pun mengarah pada manajer Persik Kediri saat pertama kali menjuarai kasta tertinggi Liga Indonesia pada 2003 itu. Dalam hal ini, Iwan dianggap sedang bermain bayangan agar namanya seolah tak tersentuh dalam Tragedi Kanjuruhan, yang tentunya mau tak mau melibatkan Arema FC dan PSSI sebagai pihak yang memiliki tanggung jawab masing-masing, atas tragedi yang telah memakan korban meninggal dunia 135 jiwa itu.

Pernyataan Gilang Widya usai diperiksa sebagai saksi oleh Polda Jatim soal kepengurusan di Arema FC, dan lantas dilanjutkan dengan mundur sebagai presiden Arema FC, membuka tabir yang samar-samar selama ini, bahwa Gilang memang bukanlah pucuk pimpinan yang sebenarnya di Arema FC. Alias jabatannya sebagai presiden bisa jadi hanyalah menutupi siapa sebenarnya yang menjadi direktur utama di Arema FC.

Nyatanya, akta perusahaan di Kemenkumham menunjukkan Iwan-lah yang menjadi direktur utama perusahaan yang menaungi Arema FC. Tentu menjadi dilematis jika Iwan dalam status sebagai direktur utama Arema FC ingin menyampaikan kritik atau bahkan tuntutan kepada PSSI, karena sampai detik ini, Iwan juga masih menjadi pengurus PSSI.

"Masa jeruk 'makan' jeruk?" mungkin itulah kalimat yang tepat.

Karena itulah Arema FC termasuk klub yang cenderung 'adem ayem' soal kelanjutan kompetisi. Amat dimaklumi karena Gilang Widya---sampai dengan pengunduran dirinya---cenderung fokus pada crisis center Tragedi Kanjuruhan. Meskipun penulis pun skeptis terhadap pengakuan sang Juragan 99 yang mengatakan tidak tahu soal pengelolaan tim Arema FC.

Namun setelah semuanya terbuka jelas bahwa Iwan Budianto adalah direktur utama perusahaan yang menaungi Arema FC, tentu sudah saatnya sosok kelahiran Malang 48 tahun silam ini muncul ke publik dalam kapasitasnya sebagai direktur utama. Hal ini penting dilakukan agar tak terjadi kekosongan dalam pucuk pimpinan klub.

Dan kisah permainan bayangan Iwan Budianto inipun, menjadi salah satu bukti silang sengkarut pengurusan persepakbolaan Indonesia, yang akhirnya terungkap usai Tragedi Kanjuruhan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun