Kanjuruhan yang amat memilukan terjadi pada 1 Oktober 2022 lalu, Kemenpora menyatakan seluruh kompetisi sepak bola di bawah organisasi PSSI, yakni Liga 1 hingga Liga 3 dihentikan. Namun hingga 25 hari usai Tragedi Kanjuruhan, masih belum terlihat tanda-tanda kompetisi resmi sepak bola Indonesia akan digulirkan kembali.
Usai TragediSemula, mencuat kabar PSSI menargetkan kompetisi BRI Liga 1 kembali bergulir pada 25-26 November 2022. Ketua Umum PSSI Mochammad Iriawan seperti dikutip Kompas.com pada 13 Oktober 2022 menyatakan keputusan tersebut dibuat berdasarkan hasil rapat antara PSSI, FIFA, AFC, Polri, dan unsur pemerintah.
Namun di kemudian hari, rencana menggulirkan Liga 1 itu pun mentah lagi. Dan yang membatalkan rencananya tak lain dan tak bukan, PSSI juga. Adalah Anggota Komite Eksekutif (Exco) PSSI Vivin Cahyani seperti dikutip Detik.com pada 18 Oktober 2022 menyatakan kelanjutan kompetisi masih belum diputuskan, karena masih menunggu hasil evaluasi.
Dan hingga tulisan ini disusun, kompetisi Liga Indonesia pun masih belum mendapat titik terang soal masa depannya, usai dihentikan akibat Tragedi Kanjuruhan.
Ketidakjelasan ini jelas memicu kegerahan dari pihak klub-klub peserta Liga 1. Pada 24 Oktober 2022, Mantan Presiden Persebaya Azrul Ananda menemui Direktur Utama Persis Solo Kaesang Pangarep di Balai Kota Solo. Topik utama yang dibicarakan dua tokoh muda sepak bola Indonesia ini yakni desakan agar Liga Indonesia kembali dilanjutkan.
Azrul pun mendesak agar PT Liga Indonesia Baru, sebagai penyelenggara liga, harus segera mengambil tindakan. Terlebih Direktur Utama  PT LIB, Akhmad Hadian Lukita telah ditetapkan sebagai tersangka oleh Polri dalam Tragedi Kanjuruhan
"PT LIB itu kan perusahaan. Ketika pengurusnya tersangkut urusan hukum, klub-klub sebagai pemilik perusahaan harus memikirkan what next," ujar Azrul Ananda seperti dikutip CNN Indonesia. Sosok pemilik saham terbesar Persebaya ini pun menyinggung kemungkinan diadakannya RUPS Luar Biasa PT LIB, agar masalah yang dihadapi saat ini dapat segera diatasi dengan bekal musyawarah dari pemegang saham.
Sebagai mantan presiden klub, dan saat ini masih ikut mengurusi Persebaya, Azrul tentu belajar dari pengalaman kelam, saat kompetisi Liga Indonesia terpaksa diliburkan total ketika Covid-19 mulai mewabah pada sekitar Maret 2020 lalu. Â Â
Maklum, saat itu manajemen Persebaya sudah keluar uang tak sedikit untuk membeli pemain yang diharapkan mampu mempertahankan prestasi Persebaya, yang menduduki posisi runner up di Liga 1 2019.
Yang membuat kecewa Azrul saat kompetisi dihentikan akibat Covid-19, adalah sikap PSSI yang tidak tegas soal keputusan penghentian kompetisi. Namun ia tetap berkomiten gaji pemain akan dibayar hingga tuntas, karena tak ingin Persebaya seperti klub-klub lainnya yang menunggak gaji pemain saat pandemi.
Akan tetapi, di luar Persis dan Persebaya, klub-klub lain nampaknya masih belum ambil sikap tegas soal tuntutan kepada penyelenggara liga soal nasib dan kelanjutan kompetisi.