Mohon tunggu...
Hadi Saksono
Hadi Saksono Mohon Tunggu... Jurnalis - AADC (Apa Aja Dijadikan Coretan)

Vox Populi Vox Dangdut

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Jadi Presiden Persebaya Itu Berat, Kamu Gak Akan Kuat...

19 September 2022   21:12 Diperbarui: 20 September 2022   02:12 1730
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Azrul Ananda menyatakan mundur dari jabatan Presiden Persebaya, Jumat 16 September 2022 (Sumber: Kompas Bola)

"Jangan-jangan semakin sulit bagi klub-klub yang punya sejarah panjang, yang punya basis suporter besar, untuk berkembang karena terbebani oleh suporternya dan masa lalunya. Sehingga kelak klub-klub yang justru eksis di Indonesia ini adalah justru klub-klub yang tidak punya basis, yang tidak punya kota (homebase). Dan karena dia tak punya tanggungan dan lain lain, dia bisa memulai dan menjalaninya dengan lebih tenang dan lebih maju."

Itulah sepenggal ungkapan hati mantan Presiden Persebaya, Azrul Ananda, saat mengumumkan pengunduran dirinya pada Jumat pekan lalu, di kantor manajemen Persebaya Surabaya.

Banyak yang terkejut, tak menduga secepat itu Azrul Ananda akan melepas jabatannya sebagai pucuk pimpinan klub kebanggaan Arek-Arek Suroboyo ini. Namun keputusan sudah dibuat.

Meski mengejutkan, namun banyak pula yang menilai keputusan mundur ini sudah bisa diprediksi, terutama jika dilihat dari kacamata bisnis dan korporasi.

Jika berbicara soal kiprah Azrul Ananda sebagai nakhoda perusahaan Persebaya, saya melihat permasalahan justru dimulai ketika pada 14 November 2017, Azrul secara mendadak mengundurkan diri dari posisi Dirut Jawa Pos. Dan para jajaran direksi saat itu menuding Azrul dan sang ayah, Dahlan Iskan, sebagai penyebab turunnya omzet perusahaan.

Dahlan dituduh melakukan penyelewengan dana perusahaan untuk membeli Persebaya, membangun brand Deteksi Basketball League (DBL) dan PLTU Tenggarong.

Total dana perusahaan yang dikeluarkan hampir Rp1 triliun. Sementara itu, Azrul dianggap bertanggung jawab keputusan bisnisnya dianggap kurang tepat. Setidaknya demikian penelitian Remotivi dan Deduktif pada tahun 2021.

Keluarnya Azrul dari koran terbesar di Jawa Timur itu, juga membawa keluar PT DBL dan Persebaya. Namun Azrul harus mengeluarkan biaya tak sedikit untuk mengakuisisi keduanya.

Dan meski sudah 'membakar uang' yang tak sedikit, namun Azrul tetap optimis ke depannya Persebaya akan tetap berjaya. Tolok ukur putra sulung Dahlan Iskan ini adalah keberhasilannya membawa Persebaya menjadi kampiun Liga 2 di tahun 2017.

Saat itu, Persebaya keluar sebagai juara usai mengalahkan PSMS Medan dengan skor 3-2 di Stadion Gelora Bandung Lautan Api, pada tanggal 28 November 2017. Alias hanya berselang 14 hari usai Azrul lengser dari jabatan dirut di Jawa Pos.

Kepercayaan diri Azrul terhadap Persebaya makin meningkat, ketika di musim pertamanya mencicipi kompetisi kasta teratas usai reborn, Persebaya menduduki peringkat 5 di klasemen akhir. Musim 2019, prestasi Persebaya makin meningkat dengan mengakhiri musim sebagai runner up di klasemen akhir.

Yang perlu diingat, saat itu Persebaya menjalani banyak pertandingan tanpa bisa ditonton oleh Bonek, karena mendapat sanksi usai kerusuhan pecah saat melawan PSS Sleman di Gelora Bung Tomo.

Namun musim berikutnya, alias tahun 2020, pandemi Covid-19 melanda dunia, dan penghentian kompetisi Liga 1 pun tak terhindarkan.

Azrul pun pusing tujuh puluh keliling. Maklum, saat itu manajemen Persebaya sudah keluar uang tak sedikit untuk membeli pemain yang diharapkan mampu mempertahankan prestasi di musim berikutnya.

Yang membuat kecewa Azrul saat itu, adalah sikap PSSI yang tidak tegas soal keputusan penghentian kompetisi. Namun ia tetap berkomiten gaji pemain akan dibayar hingga tuntas, karena tak ingin Persebaya seperti klub-klub lainnya yang menunggak gaji pemain saat pandemi.

2021, kompetisi kembali berjalan. Dan di tahun ini Persebaya mengakhiri musim di peringkat ke-5. Sejumlah bintang pun meroket namanya seperti Bruno Moreira, Taisei Marukawa, dan bintang lokal seperti Oktavianus Fernando dan Ricky Kambuaya.

Nilai jual mereka pun ikut meroket di akhir musim, dan manajemen Persebaya pun harus realistis dengan melepas nama-nama tersebut ke klub lain.

Persebaya pun menjalani musim kompetisi Liga 1 2022 dengan materi pemain yang tak istimewa. Termasuk pemain-pemain muda yang minim pengalaman di kompetisi kasta tertinggi.

Dan tiga kekalahan beruntun yang dialami persebaya dalam tiga pertandingan terakhir---keok dari Bali United 0-1, dihancurkan PSM Makassar 3-0, dan terakhir dihantam tim 'kemarin sore' Rans Nusantara 1-2. Hattrick kekalahan ini rupanya menjadi dosa tak termaafkan Persebaya untuk para Bonek di musim ini, dan menjadikan Bonek menjadi anarkis, sesaat setelah pertandingan melawan Rans Nusantara usai.

Dan mungkin bukan kebetulan, jika dalam pengumuman pengunduran dirinya sebagai CEO Persebaya, Azrul seolah berkeluh-kesah dengan kalimat yang saya jadikan kutipan di atas. Mungkin Azrul ingin menggambarkan sulit jika menjadi manajer klub besar yang tuntutannya setinggi langit atas nama basis masa suporter yang besar serta prestasi di masa lalu yang mentereng.

Dan kekhawatiran Azrul sebenarnya sudah terjadi, ketika pada tahun 2017 Bhayangkara FC---yang juga punya benang merah sejarah dengan Surabaya---dinyatakan sebagai juara. Klub yang oleh fans sepakbola Indonesia kerap disebut sebagai salah satu 'klub siluman' ini menjadi kampiun, dengan sejumlah drama yang mengiringinya.

Dan nyatanya hingga kini, klub yang berjuluk The Guardians dan kerap berpindah markas ini nyatanya tetap eksis di kasta teratas kompetisi Liga Indonesia. Dan nyaris tak pernah ada unjuk rasa dari suporternya.

Lha gimana mau ada unjuk rasa suporter? Wong basis suporter aja nggak punya. Tapi inilah salah satu wujud sepakbola pragmatis di negeri +62. Asal punya modal bisa langsung punya klub bola dengan mengakuisisi klub yang sudah ada.

Ini pulalah yang sempat disinggung dan ditegaskan oleh Azrul saat menyatakan pengunduran dirinya. Ia meminta Persebaya harus tetap di Surabaya, dan tidak boleh 'pergi' ke manapun.

Azrul Ananda adalah Presiden Persebaya yang visioner. Azrul menjadikan Persebaya sebagai tim yang berkelas dengan sistem manajemen yang modern.

Tapi mungkin kemarin-kemarin banyak yang berkata padanya "Jadi presiden klub Persebaya itu berat, kamu nggak akan kuat,"

Jadilah untuk saat ini, langkah mundur bagi seorang Azrul Ananda adalah ibarat mundur selangkah dahulu untuk bisa maju sepuluh langkah.

Kelak, jika kondisi sudah memungkinkan dan lebih kondusif, bukan tak mungkin pria lulusan California State University Sacramento ini akan kembali menjadi presiden klub. 

Ya, presiden yang tak terbatas satu, dua, atapun tiga periode.

Halah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun